Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani merasakan hal yang berbeda saat hadir di KTT G20, Buenos Aires, Argentina, pada 29 November-1 Desember 2018.
Dalam akun Instagram pribadinya, Minggu (2/12/2018), perempuan yang kerap disapa Ani ini menuliskan kondisi terkini negara-negara G20 yang tampak di dalam KTT G20 di Buenos Aires.
“Pada tahun 2008, semua pemimpin negara G20 kompak sepakat menyelamatkan ekonomi dunia dengan kebijakan ekonomi satu arah dan saling mendukung….” tulis mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
“Sepuluh tahun berlalu, pertemuan G20 di Buenos Aires, Argentina, berada dalam suasana yang berbeda. Kekompakan, kebersamaan, dan kesepakatan bersama sepuluh tahun yang lalu seperti menguap,” sambungnya.
Baca juga: Bertemu Ratu Belanda, Sri Mulyani Diberi Resep Bangun Sektor Informal
Sri Mulyani menyebut dirinya ingat betul Menteri Keuangan Amerika Serikat meneleponnya saat ia menjadi Menteri Keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2008 silam.
Saat itu Menteri Keuangan AS juga menelepon seluruh menteri keuangan negara G20. Tujuannya yakni untuk membentuk forum G20 Leaders, tingkat pimpinan negara di tengah situasi kepanikan global.
Semua negara panik akibat krisis ekonomi Amerika Serikat dengan bangkrutnya Lehman Brothers dan perusahaan asuransi dunia AIG.
Tujuan itu pun terwujud. Saat itu para pemimpin dunia bersepakat untuk bersama-sama menyelamatkan ekonomi dunia dari krisis yang terjadi.
Namun, 10 tahun berselang, Sri Mulyani melihat hal itu tak tampak pada pertemuan serupa di Buenos Aires. Ia mengatakan, kebijakan ekonomi antara negara semakin tidak sinkron dan tidak searah.
Ketegangan justru terjadi akibat kebijakan konfrontasi perdagangan. Di sisi lain, arus modal keluar dan gejolak nilai tukar di negara emerging akibat normalisasi kebijakan moneter dan kenaikan suku bunga the Fed yang tidak disukai Presiden Trump.
“Harga komoditas terutama minyak bumi yang naik turun seperti roller coaster, dan persaingan kebijakan pajak yang berlomba saling menurunkan (race to the bottom),” kata dia.
Meski ada kemajuan dari sisi reformasi regulasi sektor keuangan dan perbankan, serta kerja sama perpajakan, ia menyebut banyak tantangan belum terjawab dan risiko besar masih melingkupi dan membayangi perekonomian dunia.
Di antaranya yakni era perang dagang yang melahirkan keinginan G20 untuk melakukan reformasi multilateral Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Oleh karena itu, kata Sri Mulyani, Indonesia harus menyiapkan materi dan posisi yang jelas dan negosiator yang unggul dalam menghadapi era perang dagang bilateral dan melemahnya mekanisme solusi multilateral yang makin kompleks.
Sumber: ekonomi.kompas.com
Leave a Reply