Nusa Dua — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan negara per 30 November 2018 baru mencapai Rp1.654,5 triliun atau 87,3 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang sebesar Rp1.894 triliun.
Padahal, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan kantong negara bisa terisi 100 persen untuk pertama kalinya pada akhir tahun ini. Bahkan, berpotensi kelebihan sekitar Rp41,3 triliun menjadi Rp1.936 triliun.
Meski begitu, Ani, begitu ia akrab disapa, mengaku masih optimistis kantong penerimaan bisa meluap. Berdasarkan pertumbuhan, penerimaan per 30 November 2018 itu meningkat 18,2 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Ke depan, Ani memperkirakan beberapa pos penerimaan tetap deras, meski sudah menyentuh akhir tahun.
Dari sisi pajak misalnya, penerimaan pada akhir tahun diperkirakan berasal dari pos pajak penghasilan (PPh) non-migas, pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak perdagangan internasional.
Ia memperkirakan penerimaan PPh migas bisa sekitar Rp110,6 triliun pada Desember 2018. Begitu pula dengan PPN yang diperkirakan menyumbang Rp80,8 triliun dan pajak perdagangan internasional Rp3,5 triliun pada bulan terakhir tahun ini.
“PPh non-migas masih bisa meningkat lagi, padahal ada dampak dari kurs rupiah dan kenaikan suku bunga Bank Indonesia, tapi outlooknya masih cukup bagus sampai akhir tahun,” ucap Ani di Nusa Dua, Bali, Kamis (6/12).
Kemudian, pos cukai juga diperkirakan masih bisa memberi sumbangan sekitar Rp32,8 triliun pada Desember 2018. Meski jumlahnya tidak setinggi tahun lalu, namun kontribusi dari pos diperkirakan tetap memberi topangan terhadap penerimaan negara secara keseluruhan.
Lebih rinci, penerimaan negara per 30 November 2018 disumbang oleh penerimaan perpajakan berupa pajak dan cukai mencapai Rp1.301,4 triliun atau 80,4 persen dari target Rp1.618,1 triliun.
Sementara itu, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp342,5 triliun atau 124,4 persen dari target yang hanya Rp275,4 triliun. Kemudian, penerimaan hibah sebesar Rp10,6 triliun atau 883,5 persen dari target Rp1,2 triliun.
Penerimaan pajak berasal dari PPh migas sebesar Rp59,8 triliun atau 156,7 persen dari target Rp38,1 triliun dan pajak non migas Rp1.076,8 triliun atau 77,7 persen dari asumsi Rp1.385,9 triliun. Sedangkan penerimaan bea dan cukai Rp164,8 triliun atau 84,9 persen dari target Rp194,1 triliun.
Pajak non migas disumbang oleh PPh non migas Rp591,6 triliun, PPN Rp459,9 triliun, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Rp18,7 triliun, serta pajak lainnya Rp6,6 triliun. Sedangkan bea dan cukai ditopang oleh penerimaan cukai Rp123,3 triliun, bea masuk Rp35,4 triliun, dan bea keluar Rp6,2 triliun.
Kemudian, PNBP berasal dari pendapatan negara berbasis Sumber Daya Alam (SDA) Rp153,7 triliun, pendapatan dari kekayaan negara yang dipisahkan Rp45 triliun, PNBP lainnya Rp97,4 triliun, dan pendapatan dari Badan Layanan Umum (BLU) Rp46,4 triliun.
Meski cukup optimistis dengan keran penerimaan tahun ini, namun Ani bilang pos penerimaan tahun depan akan lebih menantang karena harga komoditas, seperti batu bara, minyak mentah, dan lainnya justru menurun di akhir tahun ini dan diperkirakan bisa berlanjut ke tahun depan.
“Saat ini, penerimaan SDA tumbuh 60 persenan dari tahun lalu. Tapi ini harus diwaspadai karena tahun depan harga minyak dunia mulai turun,” pungkasnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Leave a Reply