Dari Daur Ulang, Kresek Tak Layak Cukai

Jakarta. Rencana pemerintah mengenakan cukai atas kantong plastik masih tetap menuai protes pelaku bisnis plastik. Lewat, Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), mereka ramai-ramai menolak kebijakan cukai plastik.

Sekretaris Jenderal Inaplas Fajar Budiono mengatakan, industri plastik menolak pengenaan cukai di plastik kresek. “Kami menolaknya. Yang harus diatur,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (31/12).

Kebijakan cukai ke plastik nya mestinya lebih difokuskan pada tata kelola sampah. Apalagi, perkara sampah plastik yang melatar belakangi keberadaan cukai dapat diselesaikan lewat recycle.

“Kalau bisa recycle, mestinya dikasih keringanan fiskal,” ujarnya. Cukai kantong kresek akan memunculkan pajak pertambahan nilai. Ini akan menjadi beban konsumen.

Tak hanya itu saja, dari segi investasi di industri plastik di hilir ada pungutan pajak yang membuat beban bertambah bagi investor. “Investor bisa lari, karena kita lebih lemah (insentignya) dibandingkan negara lain,” ujarnya.

Lagi pula, industri hilir plastik di Indonesia saat ini menggunakan bahan baku daur ulang. Produk kantung kresek, sekitar 50% kebutuhan materialnya berasal plastik daur ulang. Untuk produk plastik rumah tangga semacam ember dan kursi, sekitar 60%-70% bahan bakunya juga dari plastik daur ulang. “Jadi tidak perlu ada pelanggaran. Plastik itu duit dan bernilai tambah,” tandas Fajar.

Inaplas menyebutkan sekitar 50%-60% dari permintaan plastik dari packaging di sektor makanan dan minuman (mamin). “Kalau dari mamin tumbuh 9%, maka plastik optimistis sekitar 5%,” kata Fajar.

Tan Hendra Direktur PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) menganggap. Jika hendak mengurangi sampah plastik, pemberlakuan cukai sebenarnya tidak efisien. “Solusinya yang paling pas adalah waste management itu sendiri,” ujarnya.

Manajemen PBIB menyebutkan kontribusi penjualan paling besar masih dari plastik food grab. Perinciannya sebanyak 62% dari total penjualan kuartal III 2018, berasal dari plastik bag, dan 38% dari biji plastik. Nah, dari 62% itu, sekitar 70% nya berasal dari penjualan plastik food grab.

Panca Budi menargetkan penjualan pada tahun 2019 15% dari capaian akhir tahun 2018. Angka ini lebih tinggi ketimbang target 2018, yakni tumbuh 12%.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only