Keseimbangan Primer 2018 Surplus Rp 4,1 Triliun

APBN 2018 mencatatkan surplus keseimbangan primer yang pertama sejak tahun 2011.

JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemkeu) mengaku puas dengan kinerja APBN 2018. Hampir semua komponen mencatatkan kinerja positif. Bahkan, pos keseimbangan primer dan defisit anggaran mencatatkan level terbagus sejak 2011-2012.

Menteri keuangan Sri Mulyani menjelaskan, surplus keseimbngan primerAPBN 2018 sebesar Rp 4,1 triliun. Ini merupakan surplus keseimbangan primeryang pertama kali sejak 2011. Keseimbangan primer adalah pendapatan negara dikurangi dengan belanja negara, di luar pembayaran bunga utang. Artinya pemerintah tidak perlu menambang utang untuk belanja negara.

Surplus keseimbangan primer juga mendorong terciptanya defisit anggaran hanya 1,72% terhadap produk domestic bruto (PDB) atau dibawah target di APBN 2018 yaitu sebesar 2,19% dari PDB. “Ini adalah defisit anggaran terkecil sejak tahun 2012,” jelas Sri Mulyani dalam melalui media sosialnya yang diunggahSenin (31/12). Sedangkan belanja negara sebesar 97% dari target Rp 2.220,65 triliun. Artinya realisasi belanja negara Rp 2.154 triliun, naik 7,3%dibandingkan dengan pencapaian di tahun 2017 yang sebesar Rp 2.007,4 triluin.

Kolaborasi Ditjen Bea Cukai dan Ditjen Pajak harus ditingkatkan

Sri Mulyani mengapresisasi jajarannya, terutama dari kantor pajak dan bea cukai yang berhasil mengumpulkan pendapatan negara melebihi target. “Kolaborasi ini harus terus diperkuat, karena tahun 2019 masih rawan dengan ketidak pastian global seperti adanya ancaman perang dagang antara Amerika dengan China serta fluktuasi harga minyak dan indikator-indikator ekonomi makrolainnya,” jelas Sri Mulyani.

Tertolong Minyak dan Rupiah

Menurur Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Pieter Abdullah Redjalam, kinerja APBN 2018 tertolong harga minyak danpelemahan rupiah. Harga minyak dunia sempat mendekati harga US$ 80 per barel.

Walhasil, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP) yang jadi salah satu asumsi makro APBN pun terkatrol hingga mencapai US$ 60,9 per barel menurut angka rata rata tahun2018 di Kementerian ESDM. Jumlah itu jauh dari yang diasumsikan makro oleh ICP yaitu US$ 48 per barel.

Begitu pula dengan kurs rupiah, menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia Rp 14.249,47 per dollar AS, jauh dari asumsi makroRp 13.400 per dollar AS.

Berdasarkan analisis sensitivitas APBN 2018 terhadap perubahan asumsi makro, setiap nilai tukar rupiah naik Rp 100 per dollar AS, pendapatan negaranaik Rp 3,8 triliun-Rp 5,1 triliun. Sedang tiap peningkatan ICP sebesar US$ 1per barel, pendapatan negara bertambah Rp 3,4 triliun-Rp 3,9 triliun. “Tapi ini prestasi,” tutur Pieter, Selasa (1/1).

Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistia Ningsih sependapat, rupiah dan minyak menolong kinerja APBN. Ia mengingatkan, kondisi itu belum tentu terulangpada tahun 2019. Pasalnya ICP 2019 sebesar US$ 70 per barel dan nilai tukarrupiah Rp 15.000 per dollar AS. Saat ini harga minyak sedang dalam tren menurundan rupiah dalam tren menguat, hingga Rp 14.481 per dollar AS pada tutup 2018.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only