Investasi Pertambangan Diperkirakan Stagnan

JAKARTA. Nilai investasi di sektor mineral dan batubara (minerba) diperkirakan tak banyak berubah pada tahun ini. Direktorat Jenderal Minerba Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan investasi sepanjang tahun ini tak jauh berbeda dari target tahun lalu US$ 6,2 miliar.

Direktur Jenderal Minerba Kementrian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan angka pasti target investasi pada tahun ini belum ditetapkan. Pasalnya, penetapan target investasi masih menunggu pembahasan Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) yang baru selesai pada akhir Januari nanti. Namun, dia memastikan target tersebut tak jauh berbeda dari tahun lalu.

Alasannya, belum ada eksplorasi baru yang bernilai besar pada tahun ini. Dengan demikian, polainvestasi masih sama seperti tahun sebelumnya yang mengandalkan replacement dari belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan. “Tahun ini mirip-mirip saja, karena belum ada eksplorasi baru yang besar-besaran,” kata dia dalam paparan kinerja sub sektor minerba di Kantor Ditjen Minerba, Rabu (9/1).

Adapun realisasi investasi minerba selama tahun lalu mencapai US$ 6,8 miliar, melampaui target yang sebesar US$ 6,2 miliar. Bambang mengatakan investasi di sub sektor minerba sangat ditentukan oleh rancana bisnis perusahaaan minerba.

Faktor yang mempengaruhi, misalnya, jika terajadi perubahan RKAB atau ada penundaan operasional karena bermacam faktor seperti perizinan atau persoalan kontrak.” Ada beberapa variabel, seperti perubahan rencana atau perubahan karena izin atau kontrak,” ujar Bambang.

Investasi minerba pada tahun ini bisa saja melonjak, misalnya, jika lelang wilayah tambang berhasil diselesaikan dan perusahaan bisa menggelar eksplorasi tambang baru. Namun, Bambang belum bisa memastikan kapan lelang wilayah tambang tersebut bisarampung.

Kementerian ESDM juga belum bisa memastikan ada berapa jumlah wilayah tambang yang dilelang pada tahun ini. Yang jelas, pemerintah akan melanjutkan lelang empat Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) yang belum laku tahun lalu.

Keempat WIUPK itu adalah blok tambang nikel Latao di Kolaka Utara dengan luas 3.148 hektare, blok tambang nikel Kolonodale di Morowali Utara seluas 1.193 ha seta blok tambang batubara di Bungo seluas 826 ha.

Pengembangan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) juga menjadi faktor penting dalam mengerek investasi di sektor minerba. Tahun ini dua pembangunan smelter bisatuntas.

Direktur Mineral Kemnterian ESDM, Yunus Saifulhak menjelaskan, dari sejumlah proyek smelter baru yang bisa tuntas tahun ini di antaranya smelter milik PT Aneka Tambang (Antam). Proyek ini berlokasi di Buli, Halmahera, Maluku Utara. Targetnya, smelter ini beroperasi sekitar Juni. Sementara smelter Antam di Wanatiara, Pulau Obi, ditargetkan beroperasi pada akhir tahun nanti. “Yang sudah pasti smelter Antam di Buli, beroperasi sekitar Juni, satu lagi mungkin bisa mepet Desember,” kata dia.

Sepanjang tahun 2018, ada tambahan dua smelter nikel yang beroperasi, yakni milik PT Virtue Dragon (tahap 2) dan PT Bintang Smelter Indonesia (satu lini produksi). Hingga akhir tahun lalu, sudah ada 27 smelter yang beroperasi di wilayah Indonesia. Ketentuan pembangunan smelter mineral menjadi hal penting dalam kegiatan ekspor mineral mentah.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only