Efek Ekonomi China Senggol Asia

DBS memproyeksikan ekonomi negara-negara Asia akan terkena dampak melambat ekonomi China.

Hong Kong. Perekonomian China yang melambat bakal memberi dampak cukup signifikan ke pasar global. Dalam riset DBS Group yang terbit Senin (4/2) lalu, menyebutkan pasar global akan kembali terpengaruh akan perlambatan tersebut. Mengingat dalam beberapa dekade China telah menyumbang di rentang 30%-40% dari pertumbuhan ekonomi global.

Ekonom DBS Group Masyita Crystallin memperkirakan, perlambatan ekonomi China akan berpengaruh terhadap perdagangan global, terutama terhadap perdagangan komoditas dan barang-barang konsumen. “Hal ini sangat jelas, ketika seluruh perdagangan dunia akan terpengaruh,” kata Masyita.

Perlambatan ekonomi China juga berpengaruh terhadap negara-negara Asia. Seperti Indonesia, India, Thailand, dan Filipina. Untuk Indonesia, kata dia, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diperkirakan akan tetap stabil di kisaran 5,1% secara year on year (yoy) pada kuartal IV 2018 karena didukung peningkatan konsumsi dan investasi publik.

“Konsumsi pemerintah tetap kuat untuk anggaran belanja pegawai, bahan dan modal yang meningkat 7,4 yoy pada November 2018, serta subsidi lebih dari 50% yoy,” tambahnya.

Selain itu, pengeluaran lembaga nirlaba kemungkinan akan tetap ada karena terpengaruh pemilihan umum (pemilu) tahun ini. DBS percaya total konsumsi akan tumbuh sebesar 5,2% di kuartal IV 2018, atau mirip dengan realisasi kuartal sebelumnya.

Faktor lain, aliran investasi kemungkinan tetap kuat karena didukung oleh proyek-proyek pemerintahan dan BUMN. Meskin demikian, hambatan juga bisa datang dari sisi perdagangan impor dan ekspor.

Inflasi longgar

Di India, bank sentral mutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%. Kebijakan tersebut diputuskan usai digelarnya rapat Monetary  Policy Commitee (MPC), Kamis (7/2). Kebijakan ini di tengah potensi perlambatan ekonomi akibat tingkat inflasi yang jatuh cukup dalam di India.

Selain menurunkan suku bunga, bank sentral India juga mengubah stance kebijakan moneter dari pengetatan (calibrated tighte).

Sedangkan Bank Of Thailand (BOT), selama tiga bulan berturut-turut mengalami tekanan inflasi, karena mata uang menguat, harga minyak rendah dan tidak ada peningkatan transportasi. Inflasi Januari di negeri gajah putih itu merosot ke 0,3% yoy atau lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,4%.

Di Filipina, inflasi diperkirakan turun di kisaran ke 4,7% yoy dari bulan sebelumnya 5,6% yoy di bulan, karena harga minyak telah jatuh.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only