Kisruh Impor China Kerek Harga Batubara

JAKARTA. Penundaan izin bea cukai untuk impor batubara Australia ke China masih menjadi penyokong utama harga batubara. Jumat (22/2), harga batubara kontrak pengiriman April 2019 di ICE Futures naik 0,05% menjadi US$ 93,80 per metrik ton. Dalam sepekan, harga si hitam sudah melesat 2,51%.

Harga batubara sebenarnya mulai stabil di pekan lalu. Namun saat bea cukai  pelabuhan Dalian di China Utara menyampaikan larangan impor batubara asal Australia pada Kamis (21/2) lalu, harga batubara jadi fluktuatif. “Hal ini mencemaskan pasar,” kata Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim, Minggu (24/2).

Pelaku pasar jadi kahwatir karena China merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua bagi batubara Australia. Biasanya, batubara asal Australia berjenis kalori tinggi atawa coking coal. Batubara kalori tinggi biasanya dimanfaatkan untuk memproduksi baja.

Untungnya, kedua negara menenangkan kekahwatiran pelaku pasar. Pemerintah China menyangkal telah mengeluarkan peraturan tersebut. Pemerintah Negeri Kangguru mengungkapkan hal yang sama.

Menguntip Bloomberg, Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham menyebut, yang terjadi saat ini lebih karena rencana China memangkas kuota impor batubara. Nah, bea cukai di pelabuhan Dalian mengungkapkan , kuota impor batubara di tahun ini dipangkas jadi 12 juta ton saja.

Sebenarnya, pemangkasan ini berlaku untuk impor dari semua negara, seperti Australia, Rusia, dan Indonesia. Pemangkasan kuota impor tersebut dilakukan untuk mengatur pasar dalam negeri. Apalagi, China merupakan negeri penghasil batubara terbesar dunia.

Senior Riset dan Analis Asia Trade Point Futures Cahyo Dewanto menilai, penambahan produksi batubara Glencore Plc dapat menjadi batu sandungan bagi harga batubara. Mengingat saat ini, permintaan si hitam masih loyo.

Karena itu, Cahyo memprediksi, harga batubara pada pekan ini bergerak di rentan US$90-US$94 per metrik ton. Sedang Ibrahim melihat adanya potensi penguatan terbatas si hitam di hari ini dengan kisaran US$ 93,75-US$ 95,60 per metrik ton.

Secara teknikal, indikator bollinger band dan garis moving average (MA) berada 30% di atas bollinger bawah. Kemudian indikator stochastic dan moving average  divergence (MACD) wait and see. Sementara indikator relative strength index (RSI) 60% negatif.

Sumber: Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only