Pertumbuhan Lesu, China Potong Pajak & Tambah Kredit

Beijing. China akan memangkas pajak dan biaya-biaya hingga miliaran dolar, meningkatkan investasi infrastruktur, dan mendorong penyaluran pinjaman bagi perusahaan-perusahaan kecil, kata Perdana Menteri Li Keqiang, Selasa (5/3/2019). 

Hal tersebut dilakukan karena ekonomi terbesar kedua di dunia itu berupaya untuk mendorong pertumbuhan ekonominya yang tampaknya akan melambat lebih lanjut tahun ini.

Pemerintah China menargetkan angka pertumbuhan ekonominya sebesar 6%-6,5% pada 2019, kata Li pada pembukaan pertemuan tahunan parlemen China. Namun, angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 6,6% yang dilaporkan tahun lalu, paling lambat sejak 1990.

Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters awal tahun ini bahwa China akan memangkas target pertumbuhan 2019 menjadi 6%-6,5% dari target 2018 yang sebesar 6,5% di tengah meningkatnya hambatan ekonomi.

Menerapkan rentang target dan bukannya angka pertumbuhan tunggal seperti itu, memberikan ruang bagi para pembuat kebijakan untuk bermanuver ketika ketidakpastian ekonomi di China bertambah.

PDB tahun lalu tumbuh pada laju paling lambat sejak 1990 karena perang dagang dan perubahan kebijakan Beijing yang menyebabkan naiknya biaya pinjaman perusahaan dan mengganggu investasi.

Kampanye jangka panjang untuk mengurangi polusi dan industri bernilai rendah juga memperlambat sektor manufaktur China yang besar.

Untuk membantu menopang perekonomian, kebijakan fiskal China akan menjadi “lebih kuat”, kata Li, di mana pemerintah menekankan akan ada pemotongan pajak dan biaya untuk perusahaan hampir 2 triliun yuan (US$ 298,31 miliar atau sekitar Rp 4.222 triliun).

Pajak pertambahan nilai juga akan diturunkan untuk mendukung sektor manufaktur, transportasi, dan konstruksi.

Akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, para pejabat tinggi China memfokuskan perhatiannya pada tingkat ketenagakerjaan karena pabrik-pabrik di sana sangat mungkin melakukan pemecatan terhadap pekerjanya, meskipun pertumbuhan sektor jasa lebih tangguh.

China akan memantau lebih dekat situasi pekerjaan di perusahaan pengekspor yang sangat terpapar ke pasar AS, kata Li, mengutip Reuters.

Pemerintah bertujuan untuk menciptakan lebih dari 11 juta pekerjaan perkotaan baru tahun ini dan menjaga tingkat pengangguran perkotaan di 4,5%, tambahnya, tidak berubah dari target 2018-nya.

Beijing telah menurunkan giro wajib minimum (GWM) untuk bank komersial lima kali dalam setahun terakhir untuk mendorong pinjaman bagi perusahaan kecil dan swasta, yang penting untuk pertumbuhan dan lapangan kerja.

China tahun lalu juga memotong pajak dan biaya senilai 1,3 triliun yuan dan memungkinkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus senilai 1,35 triliun yuan untuk mendanai proyek-proyek utama.

Tahun ini, pemerintah telah menetapkan target defisit anggaran sebesar 2,8% dari PDB, naik dari tahun lalu yang sebesar 2,6%, yang mencerminkan penerimaan pajak yang lebih rendah dan pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi.

Pemerintah juga telah menetapkan target inflasi konsumen sekitar 3%, kata Li dalam laporannya pada pembukaan Kongres Rakyat Nasional (NPC), Selasa, meskipun penurunan harga baru-baru ini naik menjadi kurang dari 2%, meninggalkan ruang bagi Beijing untuk merangsang konsumsi.

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only