ADB: Pertumbuhan Indonesia Didorong Kuatnya Permintaan Domestik

ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini 5,2% dan tahun depan 5,3%.

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan perekonomian Indonesia pada 2019 dan 2020 secara berturut-turut mencapai 5,2 persen dan 5,3 persen. Berdasarkan laporan tahunan Asian Development Outlook (ADO) 2019, pertumbuhan tersebut didukung oleh permintaan domestik.

“Didukung oleh manajemen makroekonomi yang solid dan permintaan domestik yang kuat, momentum pertumbuhan Indonesia diharapkan akan berlanjut secara sehat,” kata Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein seperti yang dikutip katadata.co.id, Kamis (4/4).

Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa difokuskan Pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif. Pemerintah perlu fokus pada peningkatan daya saing secara berkesinambungan, pengembangan sumber daya manusia, dan penguatan ketangguhan.

ADB juga memperkirakan investasi dan konsumsi domestik yang kuat mampu mengimbangi pertumbuhan ekspor yang rendah. Ekspor diperkirakan melemah dibandingkan pada 2018 yang mencapai 6,48 persen. Investasi dan konsumsi akan mengangkat pertumbuhan ekonomi tahun ini hingga 5,2 persen atau lebih tinggi dibandingkan tahun lalu 5,17 persen.

Pertumbuhan investasi ditopang oleh proyek infrastruktur publik di bidang transportasi dan energi. Sementara pertumbuhan sektor industri terakselerasi seiring meningkatnya keluaran (output) dari pertambangan. Ekspor seperti pakaian jadi dan alas kaki juga menguat.

Pertumbuhan pada tahun ini dan tahun depan akan terjadi di berbagai sektor. Investasi swasta diperkirakan meningkat, didukung proyek infrastruktur publik utama, baik yang sudah selesai maupun dalam tahap penyelesaian. Selain itu, perbaikan terhadap iklim investasi seperti perampingan administrasi pajak dan penyederhanaan perizinan usaha diyakini akan memberikan sentimen positif kepada investor.

Sementara itu, permintaan domestik diproyeksi tetap kuat dalam jangka pendek. Hal ini karena meningkatnya lapangan kerja di sektor formal dan diperluasnya program bantuan sosial pemerintah.

Dari sisi inflasi, ADB memperkirakan masih dalam kisaran target, yaitu sebesar 3,2 persen pada tahun ini dan 3,3 persen pada 2020. Tingkat inflasi ini akan membantu menjaga momentum pertumbuhan belanja swasta.

Di sisi lain, defisit transaksi berjalan diperkirakan menurun ke 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini dan tahun depan. Hal ini lantaran pertumbuhan impor maupun ekspor barang mengalami perlambatan. Sementara, devisa dari sektor pariwisata diperkirakan terus berlanjut.

Secara keseluruhan, risiko terhadap ekonomi Indonesia umumnya disebabkan oleh faktor eksternal. Gejolak global terjadi seiring meningkatnya ketegangan perdagangan global dan volatilitas pasar keuangan internasional. Di sisi lain, ADB memperkirakan gejolak global akan meningkat akibat kekeringan dan cuaca panas (El Niño).

Sumber : katadata.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only