Kabar Buruk, Aktivitas Industri China Kembali Lesu di April

Jakarta – Kegiatan industri di China tumbuh untuk bulan kedua berturut-turut pada April tetapi pada laju yang jauh lebih lambat dari yang diharapkan, menurut sebuah survei resmi, Selasa (30/4/2019). 

Hal itu menunjukkan ekonomi terbesar kedua di dunia itu masih kesulitan untuk tumbuh meskipun ada banyak langkah-langkah dukungan dibuat.

Sebuah survei bisnis swasta, Selasa, menunjukkan hilangnya momentum, menghancurkan harapan adanya kenaikan, di mana pabrik-pabrik mulai kembali melakukan pemecatan setelah menambah staf pada bulan Maret untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.

Rilis data manufaktur yang lemah, bersama dengan pertumbuhan konstruksi yang lebih rendah, dapat memicu perdebatan tentang berapa banyak lagi stimulus yang diperlukan China untuk menghasilkan pemulihan yang berkelanjutan, tanpa risiko kenaikan utang yang signifikan.

Purchasing Managers’ Indeks (PMI) resmi untuk manufaktur turun menjadi 50,1 pada April dari rilis Maret yang sebesar 50,5, yang merupakan pertumbuhan pertama dalam empat bulan, menurut data biro statistik.

Angka di atas 50 poin berarti netral, menunjukkan ekspansi dan bukannya kontraksi. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PMI tetap 50,5 seperti di bulan Maret.

“Untuk saat ini, PMI resmi menunjukkan bahwa kuartal kedua dimulai dengan lebih lemah dan memperkuat pandangan kami bahwa masih ada beberapa risiko penurunan untuk aktivitas jangka pendek,” kata Julian Evans-Pritchard, ekonom senior China di Capital Economics, dalam sebuah catatan penelitian, dilansir dari Reuters.

Perlambatan China sangat membebani ekspor banyak mitra dagangnya dan penjualan perusahaan multinasional mulai dari Apple hingga konglomerasi industri 3M.

Meski survei industri resmi mengecewakan di sisi pertumbuhan, namun itu tidak menunjukkan penurunan yang nyata dalam kondisi bisnis. Output juga tumbuh dengan laju yang lebih lambat tetapi masih moderat, sementara pertumbuhan pesanan baru sedikit berkurang.

Beberapa analis telah memperkirakan adanya penurunan PMI, dengan alasan bahwa rilis data yang lebih optimis di bulan Maret kemungkinan terjadi karena faktor musiman, seperti perubahan dalam produksi dan pola pembelian menjelang pemotongan tarif pajak pertambahan nilai pada tanggal 1 April.

Untuk mengatasi perlambatan ekonomi, Beijing telah meningkatkan stimulus fiskal tahun ini, meluncurkan pemotongan pajak dan biaya sebesar 2 triliun yuan (US$ 297 miliar) untuk meringankan beban pada perusahaan, yang juga akan memungkinkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus 2,15 triliun yuan untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur.

Namun analis telah memperingatkan langkah-langkah itu masih membutuhkan waktu hingga membuahkan hasil. Mereka memperkirakan ekonomi tidak akan stabil hingga sekitar pertengahan tahun.

Survei resmi lainnya pada hari Selasa menunjukkan pertumbuhan di industri jasa China juga melambat pada bulan April, meskipun tetap berada di wilayah pertumbuhan yang solid.

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only