Ekonomi Global Lesu, Ekspor Tiongkok Anjlok

Beijing: Penurunan ekspor Tiongkok dan kenaikan impor negeri Panda itu menunjukkan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut melanjutkan pemulihan sementara saat permintaan global melemah.

Ekspor Tiongkok turun 2,7 persen di April versus perkiraan kenaikan tiga persen. Sementara impor meningkat sebesar empat persen dibandingkan dengan prediksi yang sebelumnya memperkirakan adanya penurunan, lapor Administrasi Bea Cukai Tiongkok.

Data ini mendandakan bahwa perlambatan global membebani pertumbuhan Tiongkok. Stimulasi kebijakan selama berbulan-bulan telah memicu peningkatan ekonomi Asia meskipun ancaman perdagangan yang meningkat kembali dapat menekan pertumbuhan tersebut. 

“Ekspor yang lesu menunjukkan bahwa ekonomi global mungkin belum mencapai titik terendah, sementara impor mengisyaratkan pemulihan permintaan domestik,” kata Peiqian Liu, ahli strategi Asia di Pasar Natwest di Singapura dikutip dari The Strait Times,Rabu, 8 Mei 2019.

Ekspor Tiongkok ke AS, Jepang, dan Korea Selatan merosot dari tahun sebelumnya bulan lalu, dan pengiriman ke ekonomi terbesar Eropa juga melambat dari lonjakan Maret. Surplus perdagangan dengan AS dalam empat bulan pertama 2019 meningkat 10,5 persen dari periode yang sama pada 2018 menjadi sekitar 570 miliar yuan (USD114,6 miliar) karena arus perdagangan menurun.

Pengumuman mendadak Presiden Donald Trump bahwa ia berencana untuk menaikkan tarif impor USD200 miliar menjadi 25 persen dari 10 persen menimbulkan ketidakpastian. Dia juga mengancam akan mengenakan bea masuk pada semua barang lain yang belum dikenakan tarif.

Chief Executive Officer JPMorgan Chase & Co Jamie Dimon juga mencatat bahwa pertumbuhan global akan terpukul. Dia pun berharap bahwa ada ruang rujuk AS dan Tiongkok untuk mencapai kesepakatan perdagangan.

“Kontraksi dalam data perdagangan April Tiongkok mengkhawatirkan bahkan setelah memperhitungkan kenaikan besar yang didorong musiman pada Maret. Ini bahkan lebih memprihatinkan sehubungan dengan flare-up terbaru dari ketegangan perdagangan antara Tiongkok dan AS,” kata kepala Bloomberg Ekonom Asia Chang Shu menulis dalam sebuah catatan.

Ketegangan perdagangan yang membara akan mengancam prospek tiongkok yang telah diterangi oleh data kuat pada Maret menyusul stimulus fiskal dan pelonggaran kredit sejak tahun lalu. Volume impor minyak mentah, tembaga dan batu bara meningkat dari tahun sebelumnya di April.

Data impor naik karena adanya kenaikan harga minyak dan bijih besi. Pemotongan pajak yang diumumkan awal tahun ini mungkin juga telah mendorong importir untuk menunda pengiriman hingga setelah 1 April, sejak mereka dapat membayar pajak pertambahan nilai yang lebih rendah.

Sumber : medcom.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only