Negara-negara di Asia ini diproyeksi capai pertumbuhan ekonomi 7% pada 2020

NEW DELHI. Masyarakat Asia boleh berbangga karena ekonom memperkirakan tahun 2020 ditetapkan sebagai dekade Asia. Berbagai negara di benua ini mendominasi daftar ekonomi eksklusif yang diperkirakan akan mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar 7%.

Mengutip Bloomberg Minggu (12/5), berdasarkan catatan penelitian dari Madhur Jha, kepala penelitian tematis yang berbasis di India, dan Kepala Ekonom Global David Mann menyatakan, negara seperti India, Bangladesh, Vietnam, Myanmar dan Filipina harus memenuhi tolok ukur tersebut.

Ethiopia dan Pantai Gading juga cenderung mencapai laju pertumbuhan 7% yang memiliki arti penggandaan produk domestik bruto setiap 10 tahun. Itu akan menjadi keuntungan bagi pendapatan per kapita berbagai negara. Mereka memprediksi pendapatan per kapita Vietnam melonjak menjadi US$ 10.400 pada tahun 2030 dari sekitar US$ 2.500 tahun lalu.

Anggota Asia Selatan dari kelompok tersebut haruslah yang menonjol dalam PDB karena mereka bersama-sama akan menyumbang sekitar seperlima populasi dunia pada tahun 2030, menurut Standard Chartered.

Bonus demografis akan menjadi keuntungan bagi India, sementara investasi Bangladesh di bidang kesehatan dan pendidikan harus meningkatkan produktivitas.

Dominasi Asia dalam daftar ini adalah perubahan dari 2010, ketika bank pertama kali mulai melacak ekonomi yang diperkirakan akan tumbuh sekitar 7%. Saat itu, ada 10 anggota yang terbagi rata antara Asia dan Afrika: China, India, Indonesia, Bangladesh, Vietnam, Nigeria, Ethiopia, Tanzania, Uganda, dan Mozambik.

China absen dari peringkat terakhir setelah menjadi anggota klub selama hampir empat dekade, mencerminkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kemajuan menuju pendapatan per kapita yang lebih tinggi yang membuat laju pertumbuhan yang lebih cepat sulit untuk dipertahankan.

Standard Chartered memperkirakan ekonomi nomor dua dunia akan mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi 5,5% di tahun 2020-an.

Negara-negara Afrika Sub-Sahara juga telah memudar, yang oleh para analis anggap sebagai “memudarnya momentum reformasi, meskipun ada penurunan harga komoditas.”

“Sementara pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat bukanlah obat mujarab dari persoalan ketidaksetaraan pendapatan, kejahatan, polusi, Namun hal ini cenderung mendatangkan banyak efek positif,” tulis Jha dan Man.

“Pertumbuhan yang lebih cepat tidak hanya membantu lebih cepat keluar dari kemiskinan absolut, tetapi juga biasanya disertai dengan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, serta jangkauan yang lebih luas – dan akses yang lebih baik ke – barang dan jasa,” kata mereka dalam laporan.

Pendapatan yang lebih tinggi yang dihasilkan dari pertumbuhan yang lebih cepat juga biasanya mengurangi ketidakstabilan sosial-politik. Juga turut membuatnya lebih mudah untuk memperkenalkan reformasi struktural, menciptakan siklus yang baik.

Selain itu, 7% anggota klub cenderung memiliki tingkat tabungan dan investasi setidaknya 20%-25% dari PDB, menurut laporan itu.

Sumber : kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only