Ekspetasi Bunga Turun Kian Kuat

Sebagian besar ekonom yang disurvei Reuters menyebut perang dagang akan memaksa The Fed pangkas suku bunga tahun ini.

Bengaluru. Ekspektasi publik terhadap The Federal Reserve (The Fed) memangkas bunga kian acuan di Amerika Serikat (AS) menguat dalam sebulan terakhir. Banyak ekonom memperkirakan otoritas moneter di AS akan memotong untuk mengimbangi peningkatan risiko resesi global akibat perang dagang.

Ketua The Fed Jerome Powell mengungkapkan, akan bertindak sepantasnya untuk menghadapi risiko dari perang dagang AS-China Pernyataan itu merupakan perubahan sikap tiba-tiba yang kedua, Pernyataan Powell terdahulu mencerminkan perubahan biasa kebijakan The Fed dari ketat menjadi longgar. Itu dimaknai pasar sebagai sinyal pemangkasan bunga.

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Reuters, ekonom yang memperkirakan kemungkinan pemangkasan bunga acuan di tahun ini semakin meningkat. Mereka memperingatkan perang dagang telah membuat risiko resesi semakin meningkat.

Pada jajak pendapat yang digelar selama 7 Juni-12 Juni kemarin, lebih dari 100 ekonom menilai The Fed akan mempertahankan acuan 2,25-2,50% di tahun ini dan tidak akan memangkas suku bunga hingga kuartal III 2020 menjadi 2,00-2,25%.

Namun, dalam polling terbaru, sebanyak 40 dari 100 responden memperkirakan setidaknya akan terjadi satu kali pemangkasan suku bunga tahun 2019. Padahal jajak pendapat sebelumnya hanya ada delapan responden yang memperkirakan akan terjadi pemangkasan.

Dari jajak pendapat itu, terdapat 55% kemungkinan untuk satu kali pemangkasan suku bunga tahun ini. Sedang probabilitas pemangkasan dua kali tahun ini mencapai 40%. “Saat ini perang dagang telah berkobar. Kenaikan tarif terakhir atas produk China merupakan masalah sangat besar,” kata Scott Brown, kepala ekonom di Raymond James seperti dikutip Reuters, Kamis (13/6).

Brown memprediksi, The Fed akan memangkas bunga di tahun ini. Perkiraannya, jika bukan pada bulan ini, pemangkasan kemungkinan besar akan berlangsung pada Juli. “Tapi tentunya itu akan tergantung dari data ekonomi yang ada. Jika kita mulai melihat angka-angka yang kuat itu akan mendorong hal itu,” tandas dia.

Ancaman resesi

Pasar suku bunga berjangka sudah memperkirakan peluang penurunan suku bunga pada bulan Juli. Dollar AS diperkirakan bakal mempertahankan kekuatannya di sisa tahun ini, tetapi valuta itu akan berada di bawah tekanan perang dagang dan akhirnya penurunan bunga.

Prospek pertumbuhan cenderung tetap dari jajak pendapat bulan lalu. Tingkat inflasi masih akan di bawah target bank sentral dan diperkirakan tidak berubah signifikan dalam waktu dekat.

“Apa yang kami khawatirkan bukan selalu mengenai prospek pertumbuhan, tapi risiko penurunan pertumbuhan dan ketidakpastian. Itu bisa menjadi jauh lebih lemah,” kata Brown.

Dia menegaskan kembali bahwa prospek ekonomi ke depan akan banyak tergantung pada kebijakan Trump terhadap tarif impor China.

Dengan ketegangan perdagangan yang diperkirakan meningkat, peluang resesi dalam 12 bulan mendatang meningkat menjadi 30% dari 25% pada polling sebelumnya. Peluang kemerosotan ekonomi dalam dua tahun ke depan bertahan di 40%.

Sementara lebih dari tiga perempat ekonom memberikan kemungkinan resesi yang lebih tinggi. Philip Marey, ahli strategi senior AS di Rabobank mengatakan. kemungkinan terjadinya resesi global telah meningkat dan pemotong asuransi yang dilakukan The Fed tahun ini tidak cukup sebagai pengimbang.

“Kami memperkirakan ekonomi AS akan jatuh ke dalam resesi di paruh kedua tahun 2020. Ini akan memaksa The Fed untuk memulai siklus pemotongan penuh pada tahun 2020,” kata Philip.

Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only