Revisi PPh 22 Stimulan Pasar Properti Kelas Atas

Jakarta: Pemerintah mengeluarkan kebijakan bagi sektor properti terkait penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) 22 untuk hunian mewah dari 5 persen menjadi hanya 1 persen. Ini merupakan insentif tambahan, khususnya pada segmen hunian mewah.

Wakil Sekjen Dewan Pengurus Pusat Real Estate Indonesia (DPP REI) Bambang Ekajaya mengatakan revisi PPh 22 mampu menjadi stimulan bagi sektor property high end atau kelas atas. Tetapi dampaknya mungkin belum langsung dirasakan pasar.

Dia mengaku beberapa properti senilai di atas Rp5 miliar hingga Rp8 miliar sangat sulit dijual dua tahun terakhir ini akibat ketakutan pembeli terhadap pajak harta. Bila PPh rumah mewah menjadi 1 persen diharapkan menjadi pertimbangan konsumen. 

“Ya pasti menjadi pertimbangan, hanya problem utamanya sebagian konsumen punya kekhawatiran terhadap masalah perpajakan pribadinya,” ucap Bambang.

Ia berpendapat salah satu yang akan mengangkat pasar properti kelas atas adalah kejelasan kepemilikan asing untuk membeli properti di Indonesia.

“Selama ini, Indonesia menjadi pasar properti asing. Bahkan Singapura yang hanya dua pertiga Jakarta, properti mereka dengan leluasa dibeli asing,” kata Bambang.

Namun, ia meyakini yang mampu mengangkat gairah pasar properti ialah sektor properti pada kelas menengah. Permasalahannya, KPR nonsubsidi sekarang sangat selektif dalam menentukan pembeli, juga bunga yang masih tinggi membuat pembelian terhambat.

Bambang mengungkapkan bunga KPR untuk kelas menengah dirasa berat bagi pembeli, yakni di atas 10 persen. Dikhawatirkan, bila suku bunga KPR komersial naik akan memicu kredit bermasalah.

Investasi meningkat

Di sisi lain, survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia (BI) Mei 2019 mengungkapkan minat masyarakat menempatkan dana mereka pada investasi properti lebih tinggi jika dibandingkan perbankan.

Survei yang dirilis menyebutkan, instrumen investasi yang banyak dipilih konsumen ialah di sektor properti sebesar 24 persen, dan emas perhiasan 18,5 persen. Keduanya meningkat dibandingkan survei pada April 2019 yang masing-masing 22,3 persen dan 18,3 persen.

Pengamat properti Ignatius Untung menyebutkan peningkatan tersebut sebagai respons responden di tengah lesunya industri properti, namun ada harapan untuk membaik dalam waktu dekat.

“Ketika industri sedang lesu, minat untuk investasi di properti biasanya lebih besar karena harga sedang bagus-bagusnya (rendah),” kata Ignatius Untung.

Sumber : medcom.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only