Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan bahwa semua pihak sepakat untuk mengakhiri perang dagang. Namun sayang, hingga saat ini, belum ada kesepakatan mengenai bagaimana cara mencapainya.
“Semua sepakat perlu upaya mengurangi ketegangan perdagangan internasional, namun belum ada kesepakatan bagaimana caranya,” kata Sri Mulyani ketika bersama Menlu Retno Marsudi menjelaskan hasil KTT G20 hari pertama seperti dikutip dari Antara di Osaka Jepang, Sabtu (29/6).
Dia menyebutkan belum adanya kesepakatan mengenai cara mengatasinya menimbulkan ketidakpastian dalam hasil KTT G20 Osaka itu.
Menteri Sri Mulyani menjelaskan perlunya upaya mengurangi ketegangan perdagangan internasional dibahas dalam sesi pertama KTT G20. “Menyangkut ekonomi global, perdagangan, dan investasi, memang merupakan isu yang sekarang menjadi paling mengemuka dalam pertemuan G20 ini,” katanya.
Dia menyebutkan sudah disampaikan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi lebih rendah karena risiko-risiko yang sifatnya negatif telah terjadi yaitu eskalasi dari ketegangan perdagangan terutama antara AS dan China. “Namun sebetulnya secara menyeluruh penyebabnya adalah munculnya sikap proteksionisme,” katanya.
Menurut menkeu, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde juga telah menyampaikan dengan risiko ketegangan perang dagang itu, pertumbuhan ekonomi dunia akan turun 0,5 persen. Dengan demikian tahun ini yang diprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 persen dan diharapkan bisa naik menjadi 3,6 persen, namun kalau perang dagang terus berjalan maka pertumbuhan hanya akan mencapai 3,1 persen.
“0,5 persen dari GDP dunia itu lebih besar dari satu ekonomi seperti Afrika Selatan. Jadi ini risikonya sangat besar,” kata Menteri Sri Mulyani.
Dia menyebutkan dari pernyataan para pimpinan seperti Presiden AS Donald Trump, Presiden China Xi Jinping dan beberapa pimpinan mengenai situasi saat ini, masih ada jarak terutama antara Trump dengan pimpinan lain. Dalam opening statement-nya di KTT G20, Trump menyampaikan bahwa mereka menginginkan adanya perdagangan yang adil, dan adanya resiprokal yang saling berlaku adil.
Trump juga menyampaikan pentingnya memunculkan kesetaraan level playing field dan tidak ada kebijakan yang tidak fair. Dalam hal ini muncul istilah predatory nation yang bisa memanfaatkan perekonomian AS.
“Ini menggambarkan bahwa dalam konsep Trump masih ada negara-negara yang dianggap melakukan praktik praktik yang merugikan AS. Oleh karena itu Trump mengajak kita menghapuskan berbagai macam distorsi itu untuk bisa menciptakan kesejahteraan bersama,” kata Menteri Sri Mulyani.
Di sisi lain Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa situasi saat ini adalah karena kebijakan yang dibuat oleh suatu negara, sehingga keinginan menciptakan kondisi win-win solution adalah fungsi dari keinginan untuk memperbaiki atau menciptakan solusi itu sendiri atau tidak.
Menurut Menteri Sri Mulyani, dari semua yang menyampaikan pendapat pada KTT G20, semua menginginkan reformasi di WTO, meski dengan penekanan berbeda, tapi yang paling penting adalah reformasi di WTO. Terutama mengenai mekanisme menangani dispute, menangani masalah multilateral yang sifatnya mendistorsi, dan bagaimana penyelesaian perbedaan praktek perdagangan yang adil.
“Kalau dilihat dari pertemuan ini, hampir semua sepakat kita perlu melakukan reformasi, perlu upaya mengurangi ketegangan perdagangan internasional, namun belum ada kesepakatan bagaimana caranya,” katanya.
Meskipun demikian, dia berharap akan ada komunikasi yang mewadahi perbedaan itu seperti perang dagang dalam satu kesepakatan pernyataan bersama.
Sumber : merdeka.com
Leave a Reply