Sri Mulyani Sebut Tantangan untuk Capai Target Pajak 2020

Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan tantangan yang dihadapi dalam mencapai target penerimaan pajak pada 2020. Tantangan itu datang dari perekonomian dunia yang belakangan diprediksi melemah.

“Salah satu yang jadi downside risk pelaksanaan APBN dalam instrumen pengelolaan ekonomi adalah kondisi ekonomi global dan tantangan pertumbuhan ekonomi telah diperkirakan berbagai lembaga,” ujar Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2019.

Berdasarkan Rancangan APBN 2020, pemerintah menargetkan penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.861,8 triliun dan penerimaan negara bukan pajak Rp 359,3 triliun.

Misalnya saja, sejumlah lembaga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Tanah Air 5,1 persen. Pemerintah mematok pertumbuhan sebesar 5,3 persen di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020. Artinya ada potensi downside risk di sana.

Pertumbuhan penerimaan pajak itu, ujar Sri Mulyani, diperhitungkan, salah satunya dari kemampuan Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea Cukai. Meski, ia mengatakan target itu bukanlah angka yang tetap.

“Kan kalau dari sisi target ada basisnya, yaitu perkembangan pertumbuhan ekonomi yang kami lihat dan fasilitas dan insentif yang mengurangi potensi penerimaan pajak, seperti tax holiday dan tax amnesty, itu semua akan mempengaruhi penerimaan dan segi kegiatan ekonomi,” kata Sri Mulyani.

Untuk mencapai target itu, Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan mengelola sisi ekspektasi, sisi upaya, serta ekstensifikasi. Sementara, dari sisi reformasi perpajakan, pemerintah mengatakan bakal menggunakan data yang ada dan mengoptimalkan sistem pertukaran data antara yurisdiksi, serta melakukan komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan guna memastikan penerimaan pajak tetap baik.

Belakangan, Sri Mulyani https://www.tempo.co/tag/sri-mulyanimenyebut pelemahan perekonomian global telah berdampak kepada pertumbuhan ekspor beberapa negara, termasuk Indonesia. Ia mengatakan hal itu tercermin pada nilai ekspor negara-negara yang berbasis ekspor seperti Singapura dan Jerman.

“Negara tetangga seperti Singapura sudah negatif. Begitu pula negara yang andalkan ekspor kaya Jerman juga masuk dalam zona negatif sebab global environment-nya memang sedang melemah,” ujar Sri Mulyani.

Karena itu, Sri Mulyani juga mulai mewaspadai penurunan pertumbuhan perekonomian global terhadap nilai ekspor Tanah Air. Sebab, ekspor memang diharapkan menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Apalagi ekspor tahun 2019 di dua kuartal tercatat negatif, berbeda dari proyeksi awal yang diharapkan tumbuh positif.”

Dengan kondisi tersebut, Sri Mulyani berjanji akan melihat faktor penyumbang pertumbuhan ekonomi mana yang bisa mengkompensasi pelemahan pada sisi ekspor, serta bagaimana mendorongnya. Ia juga akan terus mendorong dari sisi manajemen ekonomi bersama dengan kementerian terkait.

Sumber : TEMPO.CO

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only