Ada Rencana PPnBM, Goodbye Mobil Murah

JAKARTA. Bulan madu bagi mobil murah segera berakhir. Pematiknya adalah rencana pemerintah mengenakan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sekitar 3% bagi kendaraan low cost green car (LGCC). Alhasil, harga mobil murah dan ramah lingkungan tersebut akan menanjak, bahkan bisa setara dengan harga mobil low multi purpose vehicle (LMPV).
Selama mobil LGCC bebas PPnBM alias masih di angka 0%, segmen mobil ini terbilang paling gurih bagi industri otomotif. Setidaknya, saban tahun mobil LGCC mampu mengantongi sekitar 20% porsi penjualan mobil nasional.
Wacana pemberlakuan pajak PPn BM bagi mobil LGCC berpontensi mempengaruhi penjualan. Agen pemegang merek (APM) memproyeksikan konsumen bisa meninggalkan mobil LGCC dan memilih segmen lain. Bukan tak mungkin, lebih banyak konsumen akan menunda pembelian mobil.
Direktur Pemasaran Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra, mengatakan pengenaan tarif PPnBM 3% bisa mengerek harga mobil LGCC. Dengan kenaikan harga mobil tersebut, ada potensi konsumen menunda pembelian. “Kalau harga naik, bisa jadi konsumen yang dananya tidak cukup akan menunda pembelian,” ujar dia kepada KONTAN, Kamis (19/9).
Amelia pun menilai, kenaikan harga pada LGCC bisa mendorong konsumen untuk beralih kepada model atau segmen kendaraan lain.
Sementara bagi PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), adanya pajak PPnBM belum tentu menaikan harga mobil. Sebab, para APM umumnya memiki banyak pertimbangan dalam menentukan besaran harga yang akan dipatok.
Direktur Pemasaran SIS, Donnny Saputra bilang, Pihaknya melihat tiga variabel sebelum memutuskan menaikkan harga terhadap produknya. Ketiga variabel itu meliputi regulasi, biaya produksi dan perilaku kompotitor.
Dalam hal ini, kepututsan menaikan harga akan dilakukan apabila terdapat kenaikan biaya produksi, tindakan menaikkan harga untuk produk sejenis oleh kompetitor, serta munculnya regulasi pemerintah yang mendorong hal tersebut. “Ketiga variabel itu bersifat kumulatif,” terang dia kepada KONTAN.
Lagi pula, produk seperti kendaraan LGCC tergolong sebagai consultative product atau masih memiliki harga tinggi dan dipakai untuk penggunaan jangka panjang. Alhasil, tidak akan serta merta membuat pembeli menjadi beralih ke produk lainnya.
Pasalnya, pemebelian terhadap produk yang tergolong ke dalam consultive product umumnya dilakukan tidak tergesa-gesa dan didasari perhitungan yang hati-hati.
Oleh karena itu, konsumen akan cenderung lebih memilih untuk menahan aktivitas pembelian ketimbang beralih ke produk lain ketika kenaikan harga pada consultive product terjadi. “Jadi, tidak seperti beli permen yang kalau harganya naik, kita langsung mencari makan lain,” ungkap Donny.
Adapun APM seperti Wuling yang menghadirkan LMPV, MPV dan SUV berpeluang head to head dengan pasar mobil LGCC. Sebab, harga Wuling Confero yang masuk kategori LMVP cukup bersaing atau hanya Rp 137 juta perunit.
“Sebenarnya mau dikatakan naik atau tidak, dari kami tetap memberikan yang terbaik untuk customer saja,” kata Dian Asmahani, Brand Manager Wuling, kemarin. Wuling juga belum berencana mendatangkan mobil LGCC. Ia mengatakan masih fokus di pasar mobil saat ini.
Sumber : Harian Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only