Wamenkeu Sebut Perang Dagang Masih Hantui Ekonomi RI

Jakarta, CNN Indonesia — Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menuturkan kondisi global yang penuh ketidakpastian sekarang ini turut mempengaruhi perekonomian Indonesia. Tak heran, jika pertumbuhan ekonomi ikut melambat lantaran sentimen negatif masih membayangi global.

Sentimen tersebut antara lain, perang dagang AS-China dan gejolak British Exit (Brexit).

“Kalau pertumbuhan ekonomi dunia menurun, maka perdagangan dunia juga menurun. Maka pasti kondisi atau hubungan eksternal the rest of the world (negara di seluruh dunia) juga menurun,” katanya Rabu (6/11).

Ia menuturkan lembaga keuangan internasional juga telah memangkas target pertumbuhan ekonomi global. Sebut saja, Dana Moneter Internasional (IMF). Mereka telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dua kali.

Pertama, dilakukan pada April 2019 lalu. Saat itu, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang pada Januari masih 3,5 persen menjadi 3,3 persen

Sedangkan pemangkasan kedua, dilakukan dari 3,3 persen menjadi 3 persen.  Kompak dengan ekonomi dunia, laju ekonomi Indonesia juga tampak lesu. Pada kuartal III 2019, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,02 persen secara tahunan.

Realisasi tersebut lambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 5,17 persen. Realisasi pertumbuhan tersebut juga lebih rendah dari kuartal II 2019 sebesar 5,05 persen.

“Perekonomian Indonesia mau tidak mau akan terkena imbas, lewat aliran modal masuk. Ketika dunia terjadi pergerakan cepat, aliran modal juga berpengaruh,” paparnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan meski ekonomi melambat akan tetapi faktor fundamental yang menopang pertumbuhan ekonomi, konsumsi domestik dan investasi masih cukup baik. Meskipun demikian, ia mengakui pertumbuhannya cenderung melambat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan investasi hanya 4,21 persen pada kuartal III 2019. Angka itu jauh lambat dibandingkan dengan posisi kuartal II 2019 yang mencapai 5,01 persen dan kuartal III 2018 yang sampai 6,96 persen. Sementara itu, konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2019 sebesar 5,01 persen. Realisasi itu lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II 2019 yang masih bisa mencapai 5,17 persen.

“Jadi menurut saya beberapa faktor fundamental yang membuat kita mempunyai resilience atau daya tahan penurunan perekonomian secara keseluruhan,” ujarnya.

Sepakat dengan Suahasil, ia menuturkan perlambatan pertumbuhan investasi dipengaruhi faktor ekonomi global. Tak hanya Indonesia, ia bilang negara lain juga kena imbas negatif dari ketidakpastian ekonomi global.

“Singapura sudah turun agak dalam jadi kita masih punya resistensi, ini yang terus akan kami jaga,” katanya.

Sumber: cnnindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only