Target IHSG Dipangkas, Saham-saham Apa yang Potensial?

PT Bahana Sekuritas memberikan proyeksi bearish (tren turun) untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir tahun ini di level 6.085. Nilai tersebut telah direvisi turun dari sebelumnya 6.560 seiring dengan sejumlah katalis negatif yang menyertainya.

Lantas bagaimana dengan saham-saham pilihannya?

Kepala Riset Bahana Sekuritas Lucky Ariesandi mengatakan turunnya target indeks hingga akhir tahun ini disebabkan karena rendahnya kinerja keuangan emiten hingga kuartal ketiga 2019.

Hal itu tercermin dari perolehan laba bersih yang tercatat negatif sebesar 4,2%, lebih rendah dari perkiraan Bahana yang semula memperkirakan akan tumbuh positif di kisaran 9%.

Beberapa emiten, katanya, masih memperlihatkan kinerja positif, namun tidak sedikit yang mencatatkan kinerja stagnan dan bahkan ada yang mengalami pertumbuhan negatif sejalan dengan lemahnya pertumbuhan ekonomi domestik akibat kondisi global.

“Dalam catatan Bahana dari kinerja keuangan 100 emiten yang diamati, secara keseluruhan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 3,6% untuk periode Januari -September 2019, terutama ditopang oleh sektor perbankan, semen, kesehatan dan obat-obatan, sedangkan sektor konstruksi, perkebunan dan property membukukan kinerja negatif,” kata Lucky dalam siaran persnya, Senin (18/11/2019).

Di periode tersebut, margin laba kotor mencatat rata-rata pertumbuhan sebesar 2,9% secara tahunan dengan kinerja dari sektor konsumer terutama kontribusi dari PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), sedangkan emiten dari sektor perkebunan, konstruksi dan unggas membukukan kinerja negatif.

Adapun laba operasional hanya tumbuh sebesar 1,8% dibanding periode yang sama tahun lalu, karena turunnya kinerja emiten dari sektor unggas, perkebunan dan konsumer.

“Kami memperkirakan pada kuartal keempat, pertumbuhan laba operasional masih akan tertekan untuk sebagian besar emiten, kecuali untuk emiten sektor rokok, perkebunan dan perbankan,” tambahnya.

Sektor telekomunikasi dan semen
Namun dengan tren penurunan suku bunga dan rupiah yang menguat akan membantu laba emiten dari sektor telekomunikasi dan semen yang cukup tergantung pada penguatan Rupiah karena banyak mengeluarkan biaya dalam dolar AS.

Laba bersih emiten diprediksi akan mengalami pertumbuhan sekitar 2%-3% untuk full year 2019.

Namun terdapat risiko yang patut diantisipasi adalah realisasi penerimaan pajak selama 8 bulan pertama 2019, yang masih tercatat sebesar 51% dari target APBN 2019 yang ditetapkan sebesar Rp 1.577,56 triliun.

Hal ini bisa berdampak pada tertundanya belanja pemerintah yang bisa mempengaruhi emiten konstruksi, perbankan dan telekomunikasi yang terkait dengan proyek pemerintah.

Ke depan, dengan adanya rencana pemerintah untuk memotong pajak penghasilan perusahaan, diperkirakan akan ada potensi pembayaran dividen yang lebih besar dari badan usaha milik negara (BUMN) seperti dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) yang memiliki arus kas yang besar dengan rasio utang terhadap modal yang rendah.

Sekuritas ini memberikan rekomendasi beli saham ini dengan target harga Rp 4.200/saham.

PT Bank Rakyat Indonesia (Tbk. BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dengan tingkat kecukupan modal yang tinggi serta dengan tingkat provisi yang semakin berkurang diperkirakan akan membukukan kinerja positif sampai akhir tahun. BBRI direkomendasikan beli dengan target harga Rp 5.300/saham dan BMRI dengan target harga Rp 9.000/saham.

Sumber : CNBC Indonesia

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only