Ekonomi Gloomy Karena Corona, Rupiah Lesu Darah

Jakarta, Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Prospek perekonomian global dan domestik yang suram gara-gara virus corona membuat rupiah tidak punya tenaga untuk menguat.

Pada Selasa (25/2/2020), US$ 1 dihargai Rp 13.860 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Namun itu tidak bertahan lama. Pada pukul 08:07 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.875 di mana rupiah melemah 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan pelemahan yang lumayan tajam, yaitu 0,76%. Ini menjadi koreksi harian terdalam sejak 8 Maret 2019.

‘Tabungan’ penguatan rupiah sejak awal tahun pun semakin tipis. Rupiah yang secara year-to-date sempat menguat di kisaran 2% dan menjadi mata uang terbaik di dunia, kini tinggal menguat 0,11%. Sangat mungkin ‘tabungan’ rupiah bakal habis hari ini.

Apa boleh buat, dunia memang sedang dibuat panik bukan main oleh penyebaran virus corona. Berawal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei (China), virus ini sudah menyebar ke berbagai negara di Benua Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dan Australia.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pukul 07:23 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia adalah 79.571 di mana 77.153 terjadi di China. Namun angka di negara-negara lain pun tidak kalah mengerikan.

Di Korea Selatan sudah ada 833 kasus sementara di Italia 229 kasus. Pemimpin kedua negara bersiap untuk menerapkan status darurat nasional.

“Saya terkejut dengan lonjakan kasus (corona) yang terjadi. Kami akan bekerja semaksimal mungkin untuk mencegah penyebarannya,” tegas Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte seperti diberitakan Reuters.

Jumlah kasus baru di China memang menunjukkan laju yang melambat. Namun yang menjadi kekhawatiran saat ini justru kejadian di luar China.

Oleh karena itu, hampir dapat dipastikan bahwa aktivitas ekonomi di berbagai negara yang terjangkit virus corona tidak akan berjalan normal. Perlambatan ekonomi global tidak akan mampu terhindarkan.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan pertumbuhan ekonomi China tahun ini kemungkinan akan turun 0,4 poin persentase menjadi 5,6%. Indonesia pun sepertinya akan mengalami perlambatan ekonomi. Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terpangkas 0,3 poin persentase.

Situasi seperti ini tentu membuat investor tidak nyaman. Akibatnya, arus modal ke instrumen berisiko di negara berkembang menjadi terbatas sehingga rupiah tidak punya ‘bensin’ untuk menguat.

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only