Fitch Solution Perkirakan Defisit Anggaran APBN 2020 Capai 2,5%

JAKARTA – Fitch Solutions Group memprediksi, Indonesia akan mencatatkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang lebih lebar pada tahun ini, yaitu mencapai 2,5% terhadap produk domestik bruto (PDB). Padahal sebelumnya lembaga ini telah memprediski bahwa defisit APBN 2020 hanya 1,8% terhadap PDB.

Dalam laporan terbaru bertajuk Indonesia’s Fiscal Constraints To Limit Expansionary Spending, pada Kamis (27/2) yang diterima Investor Daily, Fitch memberikan catatan ada tiga hal yang membuat defisit melebar di tahun ini

Pertama kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya pada level 5,1% atau jauh lebih rendah dari asumsi pemerintah yaitu 5,3%. Apalagi, risiko penurunan (downside risks) makin besar akibat virus Covid-19 yang berkembang.

“Sebagai hasil dari pandangan pertumbuhan kami, kami kurang optimis pada kemampuan pemerintah untuk memperluas basis pendapatannya dan seperti yang dimiliki pemerintah,” tutur dia.

Kemudian yang kedua seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah itu, Fitch pesimis Pemerintah Indonesia mampu memperluas basis penerimaan negara sepanjang tahun ini.

Lembaga ini meragukan prospek penerimaan yang bersumber dari royalti dari industri sektor komoditas alam yang memegang porsi 13% dari total penerimaan.

Akan tetapi berpotensi berkurang penerimaannya sebab pemerintah berencana untuk menurunkan pajak perusahaan dari 25,0% menjadi 20,0% pada tahun 2023 , sebuah langkah dirancang untuk menarik lebih banyak investasi asing ke negara itu.

“Untuk mengimbangi hilangnya pendapatan, kementerian keuangan adalah berharap untuk memperkenalkan pajak pertambahan nilai 10% pada platform e-commerce dan streaming online,” tuturnya

Selain itu, Fitch juga memandang pemerintah Indonesia memiliki catatan buruk dalam hal memperluas basis pajaknya dan meningkatkan kepatuhan pajak.

Terakhir, pemerintah juga sudah mengumumkan akan melakukan frontloading belanja pada semester I-2020 yang membuat pertumbuhan belanja pemerintah menguat di periode tersebut.

“Pemerintah pasti akan kembali memotong belanja untuk dapat memenuhi aturan batas defisit 3% PDB seperti yang sejauh ini selalu dilakukan,” tulis Fitch.

Tak hanya proyeksi penurunan ekonomi Indonesia, Fitch juga menurunkan proyeksi pada pertumbuhan Tiongkok, sebab mitra dagang utama Indonesia dari sebelumnya 5,9% menjadi hanya 5,6% di 2020, bahkan proyeksi ini juga lebih lemah dari realisasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok 2019 di kisaran 6%.

“Hal ini juga berdampak pada Penutupan pabrik-pabrik di Tiongkok yang berkepanjangan dan larangan wisata akibat korona akan berdampak pada turunnya penerimaan terhadap minyak dan komoditas lainnya yang menjadi ekpsor utama Indonesia,” terang Fitch.

Fitch pun berharap pemerintah tetap prudent selama mewabahnya krisis Covid-19. Pasalnya Fitch melihat adanya tekanan pada pendapatan pemerintah akan menghadapi tekanan tahun ini, profil hutang Indonesia akan tetap dapat dikelola secara umum.

Kemuskan mayoritas hutang baru yang diterbitkan juga sebagian besar berdenominasi rupiah, dengan rata-rata jatuh tempo 9 tahun, hal ini bisa mengurangi risiko voltalitas valuta asing jangka pendek dalam lingkungan yang berisiko.

“Apalagi dengan utang publik terhadap PDB pada 36,1% pada tahun 2019, leverage pemerintah jauh mengungguli 60% terhadap PDB yang diamanatkan secara konstitusi dengan batas utang dan tetap rendah relatif, dibandingkan negara kawasan seperti Thailand pada 35,0%, Filipina pada 40,2% dan Malaysia pada 72,0%,” jelasnya.

Ditemui terpisah, Direktur Eksekutif Tauhid Ahmad mengatakan setuju dengan laporan yang disampaikan oleh Fitch Solutions dengan mempertimbangkan kondisi merebaknya virus korona. Bahkan ia memperkirakan bahwa penerimaan pajak pada tahun ini akan lebih rendah dari realisasi pajak pada 2019 yang sebesar Rp 1.332,1 triliun.

“Ditambah pada Januari-Februari, pemerintah sudah melakukan pelelangan surat utang negara. Pada Februari sudah hampir Rp 30 triliun sampai Rp 36 triliun, itu mereka akan lelang. Sehingga awal tahun, sektor pajak pasti rendah,” jelas Tauhid saat ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (27/2).

Menurutnya Penilaian Fitch untuk defisit anggaran APBN 2020 akan melebar menjadi defisit 2,5% dari PDB , padahal target pemerintah 1,76% masuk akal, sebab mempertimbangkan kinerja industri secara global juga sedang terpapar karena adanya wabah corona.

“Kondisi domestik dan situasi lain, akan mempercepat proses penurunan penerimaan sektor pajak industri. Saya sepakat, yang dikhawatirkan lembaga internasional akan terjadi benar,” tuturnya.

Sumber: Investor.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only