Kekhawatiran Pelaku Pasar Belum Pulih, Rencana ”Lockdown” Membayangi

JAKARTA, Seusai menikmati reli tajam dua hari beruntun, pasar modal kembali melemah, bahkan sempat mencapai 5 persen. Hal ini menunjukkan sentimen pasar belum pulih seutuhnya meski Amerika Serikat dan negara-negara Eropa telah menggelontorkan stimulus jumbo guna memerangi pandemi Covid-19. Di sisi lain, rencana lockdown atau karantina wilayah juga berpengaruh.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2,88 persen ke level 4.414,5 pada perdagangan Senin (30/3/2020). Perdagangan kali ini jadi hari pertama diterapkannya pemangkasan batas waktu perdagangan.

Perdagangan sesi I berlangsung pukul 09.00-11.30 dari sebelumnya hingga pukul 12.00. Sementara perdagangan sesi II berlangsung pukul 13.30-15.00, sebelumnya hingga pukul 16.00.

Sepanjang hari IHSG bergerak dalam rentang 4.317,71-4.545,36. Dalam perdagangan kali ini, IHSG sempat mengalami penghentian sementara perdagangan selama 30 menit atau trading halt setelah IHSG melemah 5 persen atau 227,28 poin ke level 4.318,29 pada pukul 10.20.

Pada penutupan perdangangan tercatat 85 saham menguat, 332 saham melemah, dan 106 saham sama seperti perdagangan sebelumnya. Kapitalisasi pasar mencapai Rp 5.120,29 triliun. Nilai transaksi sejumlah Rp 5,57 triliun dengan volume perdagangan 325.179 kali.

Total dalam sepekan kemarin, IHSG sempat menguat sebesar 8,4 persen. Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, mengatakan, pasar saham Indonesia terapresiasi akibat stimulus ekonomi dari pemerintah Eropa dan AS. Hal itu ditambah dengan kebijakan bank sentral AS, The Fed, yang meluncurkan kebijakan kuantitatif tanpa batas.

Namun, awal pekan ini, IHSG terkoreksi secara teknis setelah mengalami kenaikan banyak di perdagangan Kamis dan Jumat. ”IHSG sepekan membentuk diagram candle naik dengan bayangan di atas dan bawah. Ini merupakan indikasi kekuatan naik dengan fluktuasi di pasar,” ujarnya.

Menurut Hans, pelaku pasar telah bersikap rasional terhadap rencana karantina wilayah yang tengah ramai dibicarakan dan dapat dipastikan akan memukul perekonomian. Efek dari sikap antisipatif pelaku pasar adalah fluktuasi pasar saham akan semakin tinggi, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara berkembang lain.

Ekonomi tertahan

Dalam buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2019 yang diluncurakan Senin ini di Jakarta, Bank Indonesia (BI) memperkirakan, prospek pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini akan tertahan akibat pandemi Covid-19. Kemudian, pada 2021 perekonomian Indonesia kembali meningkat dan menguat dalam jangka menengah.

Prospek tersebut ditopang oleh tiga elemen penting, yakni sinergi, transformasi, dan inovasi. ”Sinergi kebijakan kembali menjadi kunci untuk terus memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia, termasuk memitigasi risiko dampak merebaknya Covid-19 terhadap perekonomian jangka pendek,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam peluncuran LPI 2019 di Jakarta.

Dinamika perekonomian 2019 mengangkat tiga elemen strategis untuk mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi, yakni sinergi, transformasi, dan inovasi. Sinergi kebijakan BI, pemerintah, dan otoritas terkait akan terus diperkuat dan menjadi unsur sangat penting untuk menjaga ketahanan dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

Sinergi juga akan mendukung percepatan transformasi ekonomi, yang ditopang berbagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Ini terutama melalui penguatan sektor-sektor unggulan, seperti manufaktur dan pariwisata, serta pengembangan ekonomi syariah.

”Pemerintah, BI, dan otoritas terkait berkomitmen akan terus memperkuat sinergi kebijakan untuk memonitor dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia,” ujar Perry.

Menurut Perry, sinergi kebijakan diarahkan untuk mempertahankan stabilitas, mendorong pertumbuhan, dan mempercepat transformasi ekonomi menuju negara maju. Pemerintah meningkatkan stimulus fiskal untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga prospek kesinambungan fiskal.

BI  akan menempuh bauran kebijakan akomodatif untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, dengan tetap menjaga stabilitas moneter dan mendukung stabilitas sistem keuangan. ”Pemangku kebijakan juga terus memperkuat kebijakan struktural untuk peningkatan kapasitas perekonomian,” ujarnya.

Sumber: Kompas.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only