Chatib: Skenario Terburuk, Ekonomi RI Hanya Tumbuh 0,3%

Jakarta, Ekonom senior sekaligus Menteri Keuangan RI periode 2013-2014 Chatib Basri memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dengan skenario terparah hanya akan mencapai 0,3%, pada tahun ini.

Chatib menjelaskan, skenario tersebut dia kutip dari Australian National University dengan mempertimbangkan efek pandemi virus corona (Covid-19) dalam skala global.

Dalam skenario tersebut, Chatib menjabarkan, ekonomi Indonesia akan terkontraksi 2,8% dari baseline. Artinya, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 lalu mencapai kurang lebih 5%, maka ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan mencapai 2,2%. Di mana ini merupakan skenario kategori medium atau sedang.

Kemudian, jika ternyata dampak Covid-19 yang dialami Indonesia adalah dengan kategori terburuk atau high severity, maka ekonomi Indonesia bisa mengalami kontraksi 4,7%.

“Dampak besarnya, ekonomi Indonesia akan menurun sebesar 4,7% sehingga dari 5% menjadi hanya 0,3%,” kata Chatib saat melakukan video conference dalam akun YoTube Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Senin (13/4/2020).

Penyebabnya, lanjut Chatib, karena China yang merupakan negara yang pertama kali terdampak, merupakan satu-satunya negara yang menjadi rantai utama pasokan produksi dunia. Misalnya saja, ekspor China untuk barang-barang elektronik, kontribusi ekspornya mencapai 30%.

“Jika Anda melihat komputer, elektronik, dan produk optik, 30% dari China, Anda tahu pangsa ekspor global berasal dari China. Jadi jika China terpengaruh, rantai pasokan global juga akan terganggu,” jelas Chatib.

Lebih lanjut, Chatib memandang, penanganan pandemi virus corona, harus fokus terhadap isu kesehatan untuk menyelamatkan manusia.

Bahkan menurut Chatib, penurunan suku bunga acuan dan menurut dia relaksasi pajak kepada beberapa industri perusahaan, sama sekali tidak membantu, karena perusahaan juga sudah merugi.

Chatib menjelaskan, harus melihat berbagai sisi untuk menjalankan kebijakan penanganan covid-19. Artinya, pemerintah mesti jeli melihat situasi terkini.

“Untuk meningkatkan permintaan konsumsi rumah tangga sudah tidak lagi relevan. Jadi, tidak ada poin untuk memangkas suku bunga, karena pusat kebutuhan saat ini adalah orang [masyarakat]. Fokus utamanya adalah kesehatan. Mengendalikan wabah harus jadi prioritas utama, lupakan hal lain,” kata Chatib.

Artinya, kata dia pemerintah harus menyediakan alat rapid test, ventilator, paramedis, rumah sakit, dan sebagainya yang menjadi prioritas pertama dalam penanggulangan pencegahan covid-19.

“Karen kalau banyak masyarakat yang sakit, ekonomi juga tidak bisa jalan,” tuturnya.

Tahun lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi RI sebesar 5,02%, lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya, dan mendekati ke posisi tahun 2016 yang tumbuh 5,03%.

Sebagai perbandingan, PT Bank UOB Indonesia memprediksi ekonomi Indonesia pada tahun ini hanya mampu tumbuh 2,5%, sementara Fitch Solutions perekonomian RI tumbuh 4,2%, dengan nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.750/US$ di akhir tahun nanti.

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only