Klaim Tunjangan Penganguran AS Mulai Turun, Tapi Masih Tinggi

WASHINGTON – Sebanyak 3,2 juta klaim tunjangan pengangguran baru telah diajukan oleh para pekerja di Amerika Serikat ( AS) pada pekan lalu, karena pandemi virus corona Covid-19 terus merusak kondisi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Meski demikian, ada bukti-bukti bahwa gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) mulai surut.

Data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) AS menunjukkan jumlah klaim tunjangan pengangguran yang diajukan sejak pertengahan Maret – saat pandemi virus corona memaksa bisnis-bisnis tutup untuk menghentikan penyebaran virus – bertambah menjadi 33,5 juta, di mana jumlah luar biasa itu belum pernah terjadi di zaman modern.

Namun, total yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran pertama kali dalam pekan yang berakhir pada 2 Mei telah berkurang, dibandingkan pekan sebelumnya. Hal ini menunjukkan lonjakan angka pengangguran yang mengikuti kedatangan pandemi Covid-19 di Amerika Serikat telah melewati puncaknya, meskipun masih mengkhawatirkan.

“Angka absolut tetap mengerikan / mengkhawatirkan,” cuit Mohamed El-Erian, kepala penasihat ekonomi di Allianz, di akun Twitter, seraya menambahkan bahwa laju orang-orang yang kehilangan pekerjaan adalah masih moderat.

Menurut Johns Hopkins University, Amerika Serikat adalah rumah bagi wabah virus corona terbesar dan paling mematikan di dunia, karena mencatatkan 73.095 kematian dan 1.227.430 kasus infeksi yang dilaporkan pada Rabu (6/5).

Angka-angka klaim pengangguran mingguan juga telah menunjukkan waktu sebenarnya dalam kerusakan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi. Banyak analis percaya, bahwa sebenarnya AS sudah berada dalam resesi yang dalam.

Namun gambaran lebih luas akan diungkap pada Jumat (8/5) waktu setempat, ketika Depnaker AS merilis data pengangguran untuk April. Laporan pertama itu yang mencakup data yang dihimpun berpekan-pekan ketika aturan lockdown diberlakukan dengan kekuatan penuh.

Sedangkan laporan bulanan diperkirakan menunjukkan jumlah orang yang kehilangan pekerjaan lebih dari 20 juta, bahkan beberapa ekonom mengatakan angka itu bisa mendekati 30 juta. Tingkat pengangguran melonjak hingga mungkin 20% dan bisa berubah drastis dari tingkat historis rendahnya yang tercatat 3,5% pada bulan Februari, sebelum virus datang.

Kurva Melandai

Sementara itu, data mingguan terbaru menunjukkan penurunan jumlah klaim pengangguran dari pekan yang berakhir 25 April, yakni ketika 3,8 juta pekerja mengajukan klaim.

Data tersebut mungkin menunjukkan lonjakan awal PHK mulai menyusut, tetapi jumlahnya masih sangat tinggi – jauh melampaui empat pekan terburuk dari krisis keuangan global dan lebih sebanding dengan tingkat pengangguran yang terlihat selama Depresi Hebat pada 90 tahun lalu.

Ian Shepherdson dari Pantheon Macroeconomics memperkirakan, pengajuan klaim pengangguran mingguan baru turun di bawah satu juta pada pekan kedua atau ketiga Juni.

“Klaim tunjangan pengangguran terus turun sekitar 15% hingga 18% per minggu, dan sekarang berada di bawah setengah dari puncaknya yang tercatat 6,9 juta pada pekan dari 28 Maret. Presiden AS Donald Trump mengatakan punya pandangan untuk membuka kembali ekonomi sebagai prioritas, dan beberapa negara bagian telah mengumumkan rencana mereka sendiri untuk melakukan itu, yang mana dapat mendorong perekrutan lebih lanjut pada Juni,” demikian disampaikan Shepherdson dalam sebuah analisis.

Survei lain yang dirilis pada Kamis juga menunjukkan tanda-tanda mengkhawatirkan soal kesulitan ekonomi yang dialami Negeri Paman Sam dan memicu spekulasi bahwa AS bakal menghadapi pemulihan yang panjang, dan menyakitkan dati penurunan kasus virus corona.

Produktivitas tenaga kerja pada Kuartal I 2020 mengalami penurunan 2,5%, dibandingkan Kuartal IV 2019, sebagai akibat produksi menyusut 6,2% dan sebanyak 3,8% karena berkurangnya jumlah jam kerja. Hal itu terjadi hanya beberapa pekan ketika negara-negara bagian beradadi bawah perintah lockdown.

“Harapan akan kebangkitan produktivitas berkelanjutan sedang pupus. Ke depannya, tren dalam pertumbuhan produktivitas kemungkinan bakal menetap pada kecepatan yang sangat lemah karena perusahaan-perusahaanenggan berinvestasi karena permintaan yang masih ragu, tekanan keuangan dan ketidakpastian yang masih ada,” demikian tulis Oxford Economics dalam sebuah analisis.

Challenger, Gray & Christmas, Inc. – sebuah perusahaan global yang menyediakan jasa untuk penempatan kerja baru bagi karyawan yang diberhentikan – mengatakan pemangkasan pekerjaan oleh perusahaan yang berpusat di AS itu menunjukkan lonjakan pada April menjadi 671.129 karena sebagian besar disebabkan oleh pandemi virus corona. Itu adalah jumlah tertinggi yang tercatat sejak perusahan mulai melacak pada Januari 1993.

“Sifat tidak pasti dari pandemi ini digabungkan dengan fakta bahwa kita melihat data ekonomi tingkat resesi atau bahkan depresi berarti sebagian besar dari pekerjaan ini tidak akan kembali dalam waktu dekat,” kata Andrew Challenger, wakil presiden senior dari perusahaan itu.

Sumber : Investor.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only