Perusahaan Otobus Menanti Stimulus

Siang dipenghujung Mei 2020 itu, Maulana tampak bersendau gurau dengan temannya. Biasanya, di jam-jam itu dia sulit bisa mengobrol. Soalnya, ia sibuk dengan ponsen, untuk berkoordinasi dengan kernet bus. “ Kalau sampai meleset, bis bisa bablas dan penumpang yang sudah menunggu di agen bisa kecele,” ujar Maulana, ticketing officer di Agen Bus Malam Yoga.
Lazimnya, tak kurang dari 50 bus singgah dalam sehari di agen tempat Maulana bekerja. Tak heran, bila Jalan Raya Bogor, persisnya di sekitaran Pasar Cibinong, cenderung macet saban jam13 sampai 17. Di situlah para agen bus antar kota antar provinsi berlokasi.
Sejak pandem (Covid-19), situasinya beda. Bus yang datang hanya sejumlah hitungan jari. “Armada banyak yang nggak jalan,” ujar Maulana. Sepinya penumpang membuat Agen Bus Malam Yoga menurut satu gerai mereka.
Hal yang sama juga dirasakan Imar, pemilik Agen Bus Malam Imar yang lokasinya sekitar 500 meter dari Agen Bus Malam Yoga. Imaar yang selama 11 tahun menjalankan usaha agen bus malam, mencoba bertahan dengan bisnisnya.
Tapi, lebaran tahun ini, Imar merasa ngenes banget. Perempuan berambut pendek itu berujar, biasanya, seminggu sebelum Idul Fitri mereka selalu menolak penumpang karena bus sudah penuh. Tapi tahun ini, sampai hari raya itu tiba, kursi penumpang masih kosong. “Cuma ngisi penumpang 20 orang saja, di Idul Fitri ini susah sekali,” jelas Imar.
Imar bercerita, sepinnya penumpang dirasakan sejak akhir April 2020. Sekitar bulan Maret, sekalipun korona sudah mewabah di Indonesia penumpang dan bus yg mondar mandir masih banyak.
Sejatinya sekarang pun, bus tetap beroperasi, tapi penumpang sedikit. “Kalau penumpang nggak ada, apa iya mau maksa jalan,” ujar Imar. Kebanyakan Calon Penumpang takut kalau di tengah jalan di suruh putar-balik.
Maulana bilang penumpang segan bepergian karena selain membawa KTP, calon penumpang harus membwa surat keterangan sehat dari dokter, hasil tes covid, dan surat keterangan RT/RW. Nah, memenuhi persyaratan itu tidak mudah, tambah lagi penumpang mesti mengeluarkan biaya ekstra. “Surat keterangan sehat dari dokter susah nyarinya”. Untuk tes covid, butuh waktu tiga hari dan ongkosnya ratusan ribu,” jelas Maulana. Persyaratan itu akan dicek petugas, antara lain, di Cikarang dan Cikampek.
Belum lagi harga tiket bus yang melambung dbandingkan kondisi biasaya, Imar bilang, untuk jurusan Bogor-Jogja biasaya hanya Rp 140.000, sekarang, harganya jadi Rp 450.000. padahal harga segitu bisasanya berlaku dimusim lebaran saja. Kenaikan harga tiket tidak bisa dihindarkan karena keterisian bus dibatasi maksimal 50%
Sejak diberlakukannya peraturan menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 25 tahun 2020 tentang pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 H dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19, banyak armada bus yang tak beroperasi. Hampir semua terminal ditutup.
Seperti yang terlihat di Terminal Jatijajar Depok, Jawa Barat. Sebelum pandemi, terminal bus itu ramai oleh hilir mudik angkutan dalam kota, angkutan antar kota maupun antar provinsi. Tapi sekarang, terminal itu sepi. Area terminal bus ini dimanfaatka warga untuk bermain layang-layang. Pedagang di area terminal ini juga tersisa satu. Hanya kantor layanan terminal saja yang terlihat masih ada aktivitas.
“Ya begitulah realitasnya, hanya bisa menanti keajaiban di saat menjalalankan takdir,” ujar Kurnia Lesnani Adnan, Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) pasrah.
Menurut Sani Panggilan akrabnya, usaha angkutan penumpang sejak diberlakukannya PSBB pada masa pandemi Covid-19 memang luluh lantak. Operator angkutan orang tidak dalam trayek atau bus pariwisata genap tiga bulan stop operasi. Sementara bus dalam trayek total stop operasi satu setengah bulan. “sebelum aturan itu diterapkan, penurunan sudah terjadi,” jelasnya.
Jumlah penumpang bus pada Maret atau setelah kasus Covid-19 pertama, mengalami penurunan hampir 20% dibandingkan dengan februari atau menjadi 1.885.943 orang. Di periode yang sama, penurunan bus di terminal seluruh Indonesia terjadi hingga 20%.
Sani menyebut sulitnya bisnis PO belakangan ini mengancam 1,2 juta orang yang menggantungkan periuk mereka di sini.
Salah satu PO yang sudah merumahkan karyawan adalah PT. Angkutan Lintas Sumatera (ALS). Pimpinan PT ALS Indra Lubis mengaku merumahkan sekitar 1300 karyawannya, seperti kernet dan supir, karena sejak akhir April samasekali tak ada armada yang jalan. “Kalau armada nggak jalan, otomatis mereka kehilangan pendapatan,” jelas Indra.
ALS memiliki 250 unit armada, Sejak April, semua armada itu hanya diam di pool. “Maret masih ada yang jalan, dan setelah PSBB berhenti total,” jelas Indra.
Indra tak melakukan perawatan pada armada yang dikandangkan itu. Menurut Indra, tak ada anggaran untuk perawatan sebab, dana buat cicilan kendaraan saja susah. “Meski ada imbauan dari pemerintah untuk keringanan cicilan, kenyataan pihak bank maupun leasing tak bisa memberikan kami kelonggaran,” Jelas Indra. Padahal, Indra berharap Pihaknya diberi keringanan selama 6 bulan saja. Selain itu, Indra berharap Pajak kendaraan bisa dinolkan, Indra berharap pajak kendaraan bisa dinolkan. Indra berharap pemerintah memberi perintah jelas dalam alokasi stimulus bukan imbauan saja.
Dalam situasi ini, Indra mengaku hanya bisa wait and see. Kebetulan, ALS juga tak punya lini bisnis lain. Kabarnya, bus penumpang boleh diubah jadi angkutan barang. “Tapi, di lapangan bus kami distop dan tak boleh angkut barang karena kategorinya bus penumpang,” jelas Indra yang menyampaikan bahwa banyak permintaan kiriman barang.
Padahal, “Kalau Lebaran, terget biasanya dapat Rp 500 juta. Sekarang samasekali tak ada pendapatan,” jelas Indra.
Hal yang sama dialami oleh PO Siliwangi Antar Nusa (SAN). Sani, yang juga Direktur Utama PT SAN Putera Sejahtera, mengungkapkan 96 unit armada yang Siap Guna Operasi (SGO) beberapa bulan ini menganggur. “Enggak baik bahas kerugian seperti inim kami Cuma bisa pasrah,” Kilah Sani.
Sementara, Direktur PT Gunung Harta Transport Solution I Gede Yoyok Sansoto mengungkapkan, perusahaannya mengalami penurunan bisnis hingga 80%. Pasalnya, dua bulan terakhir, armada yang jalan hanya 10% saja.
Meski demikian, Gede bilang belum ada karyawan yang dirumahkan. Saat ini Gunung Harta punya 10 karyawan dan 300 kru. “Kami melakukan efisiensi,” jelas Gede. Bus Gunung Harta yang beroperasi ada di rute Malang-Jakarta dan Ponorogo-Jakarta.
Dari data Direktorat Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan, saat ini ada 346 perusahaan bus antar kota antar provinsi (AKAP).
Agar bisnis PO tetap hidup, sebaikanya Pemerintah memberi stimulus seperti sektor bisnis lain. Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat Djoko Setijowarno mengatakan ada beberapa stimulus yang diperlukan oleh pelaku bisnis transportasi darat angkutan orang. Pertama, relaksasi pembayaran pinjaman kepemilikan kendaraan. Kedua, kebijakan penundaan pemungutan pajak (PPh21, PPh 22 Impor, PPh Pasal 25). Ketiga, pembebasan pajak kendaraan bermotor dan retribusi lain di daerah. Keempat, pembebasan iuran BPJS (Kesehatan dan Ketenagakerjaan).
Sumber : Tabloid Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only