Menimbang ORI di Masa Pandemi

Mulai pertengahan Juni 2020, Pemerintah menawarkan, obligasi ritel ORI017. Cukup menarikkan dijadikan koleksi?

Jika anda punya niat untuk mengoleksi Surat Berharga Negara (SBN) ritel, sudah saatnya menyiapkan dana. Pasalnya, pemerintah sudah mulai menawarkan obligasi ritel kembali. Kali ini yang ditawarkan adalah Obligasi Ritel Indonesia 017 (ORI017). Dengan dana mulai Rp 1 juta hingga Rp 3 miliar, Anda sudah bisa berinvestasi di produk obligasi pemerintah ini.

Penawaran ORI017 digelar pada 15 Juni hingga 9 Juli 2020 mendatang secara onlline (e-SBN). Pemerintah memang memajukan penawaran ORI017, yang sebelumnya direncanakan Oktober 2020.

Menurut Deni Ridwan, Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, perubahan jadwal ini berdasarkan masukan dari para stakeholders. Diyakini bahwa preferensi investor saat ini lebih tinggi terhadap ORI. Meski pandemi korona menimbulkan tekanan pada kondisi keuangan, di sisi lain masyarakat butuh investasi yang menguntungkan dan aman.

Informasi saja, sejak awal 2020 pemerintah telah menerbitkan beberapa SBN ritel. Di antaranya ada SBR009 yang menawarkan kupon 6,3% dengan BI 7 day repo rate 5% dan spread 130 bps. Kemudian, SR012 juga menawarkan kupon 6,3% dengan BI 7 day repo rate 5% dan spread 130 bps.

Berdasarkan keterangan resmi dari DJPPR, kupon untuk ORI017 sebesar 6,4%. Jika dibandingkan dengan ORI sebelumnya memang angka ini jauh lebih rendah.

Gambaran saja, pada 2019 lalu pemerintah menerbitkan ORI016 dengan tingkat kupon 6,8%. Namun, kupon tersebut kurang menarik minat pasar. Akibatnya, penjualan ORI016 tak sesuai target. Awalnya, target penjualan ORI016 dipatok Rp 9 triliun, tapi ternyata tercapai Rp 8,2 triliun.

Dibanding deposito

Nilai tersebut terhitung kecil jika dibanding penjualan ORI sebelumnya, ORI015, yang mencapai Rp 23,37 triliun dengan penawaran bunga 8,25%. Tampaknya, Pemerintah ingin masyarakat juga melihat tawaran ORI017 sebagai tren menarik karena bunga deposito pun terus menurun. Info saja, bank menawarkan bunga deposito di kisaran 5%.

Fikri C Permana, Head of Economic Research PT Pefindo menuturkan kupon dikisaran 6%-6,5% masih menarik meskipun lebih rendah dibandingkan ORI016. Dari hitungan Fikri, jika kupon yang ditetapkan 6% ditambah pajak 15%, maka gross kupon ada di kisaran 5,4%. Itu masih lebih menguntungkan dari deposito.

Ia memberi gambaran misalnya saja deposito bank Buku IV menawarkan bunga 5,25% ditambah dengan pajak 20% maka gross bunganya sekitar 4,5%. “Nah, kalau di bawah 6% akan kurang menarik. Karena bunga ORI per tiga bulan, sementara deposito per bulan,” ujarnya.

Nyatanya kupon ORI017 berada di 6,4%. Tentu, makin besar selisihnya dengan bunga deposito saat ini.

Sementara, Wawan Hendrayana, Head of Capital Market Research Infovesta Utama berpendapat bunga yang wajar untuk ORI017 adalah dikisaran 6,5% dengan tenor 3 tahunan. Memang, lebih baik jika bunga yang ditawarkan lebih besar. Misalnya sama dengan ORI016 yakni 6,8% atau bahkan menembus 7%. “Kalau bunganya sampai 7%, ORI itu sangat laris. Tapi, Pemerintah pasti punya hitungan wajar,” kata Wawan.

Maka, menurutnya dengan bunga 6,5%, obligasi ini sudah cukup baik. Pasalnya, suku bunga acuan Bank Indonesia hanya 4,5%. Wawan bilang jika bunga terlalu jauh di bawah 6,5%, investor ritel yang membidik Surat Utang Negara bakal kurang tertarik. “Bagi agen penjual, bunga di kisaran 6,2%-6,3% akan tidak menarik,” katanya.

Namun, menurut Wawan, investasi ORI kala pandemi yang penuh ketidakpastian menjadi hal yang menarik. Pasalnya, ORI lebih aman dibandingkan dengan obligasi korporasi yang menyimpan banyak risiko kinerja perusahaan yang tidak maksimal sampai gagal bayar. “Kalau ORI ini sampai tiga tahun pun dipegang minim risiko,” katanya.

Lebih aman dipegang

Selain itu, ORI dapat diperjualbelikan. Jadi, jika pandemi ini berakhir lebih lama dari perkiraan dan investor butuh dana, mereka bisa menjual di pasar. Walaupun tetap ada risiko harga, bisa naik maupun turun.

Selain itu, menurut Wawa, saat pemerintah kembali membolehkan bisnis berjalan dengan new normal, ditambah inflasi bulan lalu hanya 2,6%, spread yang wajar antara inflasi dan suku bunga itu sekitar 1%-1,5%. Jadi suku bunga acuan yang wajar, dalam pendapatannya, ada di kisaran 3,75% hingga 4,25%. “Harusnya akan ada penurunan suku bunga lagi dan itu bisa membuat harga ORI naik. Paling tidak setahun ke depan risiko harga ORI akan sangat minim,” kata Wawan.

Lebih lagi, jika investor lewat mitra distribusi bank. Soalnya, saat investor melepas obligasinya, bank siap membeli. Walaupun, nantinya investor juga akan dikenakan harga selisih.

Fikri memberi saran, jika ingin mengoleksi portofolio ini tetap harus mempertimbangkan tujuan investasi Anda. “Kalau tidak untuk likuiditas ya memang lebih baik deposito. Tapi investastor yang ingin tenang akan pilih ORI. Maka, bunganya harus di bawah suku bunga deposito,” ujar Fikri.

Sumber: Tabloid Kontan

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only