Kemenperin Sebut Insentif Pajak Pacu Kinerja Industri Manufaktur

Pemerintah mengklaim kinerja industri makanan dan minuman (mamin) serta industri logam dasar masih memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor pada sektor manufaktur pada semester I/2020.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan ekspor industri mamin semester I/2020 tercatat US$13,73 miliar, sedangkan industri logam dasar senilai US$10,87 miliar. Kedua sektor ini menjadi unggulan di tengah pandemi Covid-19.

“Dengan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam kita, hasilnya adalah penerimaan devisa dari ekspor. Selain itu, multiplier effect lainnya, aktivitas industri dapat menyerap tenaga kerja,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (23/7/2020).

Agus menambahkan catatan positif manufaktur ini tidak terlepas dari stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah. Stimulus tersebut misalnya berupa insentif pajak yang dalam program pemulihan ekonomi nasional dianggarkan Rp120,6 triliun.

“Kami akan menjaga momentum saat ini dengan percepatan stimulus sektor manufaktur pada semester II/2020. Percepatan stimulus ke manufaktur dapat mendorong industri berorientasi ekspor untuk meningkatkan kapasitas produksinya,” ujarnya.

Agus menyebutkan industri mamin juga menjadi salah satu industri yang berpeluang pulih cepat pada paruh kedua tahun ini. Hal ini dikarenakan industri mamin memiliki pangsa pasar yang luas di antaranya seperti produk mi instan yang diekspor ke Afrika.

Selain itu, industri logam juga berpotensi pulih cepat. Pasalnya, produk yang dihasilkan berupa bahan baku utama yang menunjang kegiatan produksi di sektor lainnya seperti industri otomotif, maritim, dan elektronik.

Di sisi lain, industri pengolahan nonmigas masih memberikan kontribusi terbesar bagi kinerja ekspor nasional. Pada paruh pertama tahun ini, produk manufaktur sudah mencapai US$60,76 miliar atau 79,52% dari total ekspor nasional sebesar US$76,41 miliar.

Sektor-sektor yang mengalami kenaikan ekspor secara signifikan pada semester I/2020 antara lain industri barang logam, bukan mesin, dan peralatannya yang tumbuh 16,6% dengan nilai ekspor US$578,3 juta.

Kemudian, ada industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional yang tumbuh 15,2% dengan nilai ekspor US$317 juta, serta industri pencetakan dan reproduksi media rekaman yang tumbuh 15% dengan nilai ekspor US$15,92 juta.

Sumber : ddtc.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only