PPnBM Mobil Kerek Bisnis Komponen

JAKARTA. Kebijakan insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) di sektor otomotif membawa kabar terkait kelangkaan komponen otomotif. Alhasil, produsen mobil tidak bisa memproduksi secara cepat untuk memenuhi permintaan pelanggan.

Direktur PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), Wanny Wijaya menyebutkan, saat periode perpanjangan diskon 100% PPnBM pertama yang berlangsung pada Juli-Agustus 2021, penjualan kendaraan roda empat saat itu mampu tumbuh sekitar 25%. Hal ini tentunya juga mendorong kenaikan permintaan dari komponen otomotif, kata dia, Senin (27/9).

AUTO tak menampik isu kelangkaan komponen seperti chip shortage (sirkuit terpadu) yang mempengaruhi sebagian besar pabrikan otomotif lantaran produksi mobil tertunda. Kendati demikian, manajemen Astra Otoparts sedapat mungkin tetap mendukung kebutuhan komponen tersebut secara berkelanjutan dan tanpa kendala.

Kami tetap support kebutuhan komponen yang sesuai dengan permintaan pabrikan, baik dari segi pengiriman maupun kuantitasnya, tutur Wanny.

Hingga semester I-2021, AUTO mencatatkan kenaikan pendapatan bersih sebesar 26,54% year-on-year (yoy) menjadi Rp 7,15 triliun. AUTO juga berhasil membalikkan posisi rugi bersih di semester I-2020 senilai Rp 301,89 miliar menjadi laba bersih Rp 266,22 miliar di semester I-2021.

AUTO memiliki pendapatan dari pihak berelasi seperti PT Astra Honda Motor, PT Astra Daihatsu Motor, PT Isuzu Astra Motor Indonesia, PT Toyota Astra Motor, dan lain-lain.

Direktur Keuangan PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM), Ang Andri Pribadi mengaku, tren peningkatan permintaan komponen ataupun suku cadang di tengah masa berlaku diskon 100% PPnBM tentu ada, terutama untuk pasar original equipment manufacturer (OEM).

Namun, kenaikan permintaan tersebut tidak terlalu signifikan, mengingat SMSM lebih berfokus pada pasar aftermarket. Dari sisi SMSM, permintaan yang datang berasal dari produsen Suzuki, kata dia, Senin (27/9).

Terlepas dari itu, kenaikan permintaan komponen tetap saja berdampak positif terhadap kinerja SMSM. Hal ini tercermin pada kinerja penjualan domestik SMSM secara konsolidasi yang naik 35% (yoy) menjadi Rp 1,97 triliun pada semester I-2021.

Apabila dirinci, penjualan SMSM ke pasar ekspor juga naik 35% (yoy) menjadi Rp 1,33 triliun di semester I-2021. Di saat yang sama, penjualan SMSM ke pasar domestik tumbuh 34% (yoy) menjadi Rp 631 miliar. Andri menambahkan, sampai kini SMSM tidak mengalami kendala atau keterlambatan untuk suplai produk komponen kepada produsen otomotif yang menjadi pelanggan perusahaan.

Memang, di awal tahun ini terdapat kelangkaan bahan baku seperti pelat baja. Namun saat ini bahan baku pembuatan produk SMSM masih mudah didapat berkat hubungan kerja sama antara SMSM dan penyuplai yang telah berlangsung sejak lama. Misalnya, SMSM menjalin hubungan kerja sama dengan PT Posco-IJPC yang merupakan joint venture partner di salah satu entitas asosiasi.

Selain itu, sejak awal tahun SMSM telah mengantisipasi risiko kelangkaan stok bahan baku dengan membeli bahan baku yang lebih tinggi dari kondisi normal. Stok bahan baku material kami dalam posisi cukup untuk kebutuhan produksi, kata Andri.

Sumber: Harian Kontan Selasa 28 September 2021 hal 12

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only