Ekosistem Digital Bakal Jadi Rebutan Perbankan

JAKARTA – Industri perbankan mau tak mau harus mulai mempercepat transformasi digital untuk berebut beragam ekosistem digital yang pada akhirnya berpengaruh terhadap eksistensi usahanya.

Hal ini terungkap dalam diskusi virtual bertajuk Adopting a “FinTech Model” for Digitization and Differentiation Critical Steps for Indonesian Banks, Kamis (7/10/2021). Alex Rusli, Co-Founder dan CEO PT DigiAsia Bios menjelaskan hal ini terutama berkaitan dengan berbagai transaksi pemenuhan kebutuhan masyarakat di era digital.

“Jangan sampai bank nantinya hanya sebagai tempat menerima gaji atau transferan, tapi tidak lama setelah itu uangnya keluar lagi. Ke e-wallet, misalnya, karena platform milik bank tidak punya akses untuk memenuhi kebutuhan transaksi nasabah,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, Alex tak heran kalau ke depan, perbankan akan mulai berlomba mengembangkan open-banking, salah satunya untuk integrasi dengan platform-platform teknologi finansial (tekfin/fintech) yang sudah lebih dahulu menyediakan akses transaksi terhadap kebutuhan tersebut.

Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida sepakat bahwa fintech bukan kompetitor industri perbankan, namun sebagai mitra yang salah satu fungsinya mampu mengurangi financial gap di Indonesia.

Pasalnya, berdasarkan data Bank Dunia, permintaan pembiayaan UMKM mencapai US$165 miliar atau sekitar 19 persen dari PDB, namun yang bisa terdanai oleh membaga keuangan hanya US$57 miliar atau hanya sekitar 30 persen. “Beragam kondisi menjadi hambatan, mulai dari faktor geografis, keterbatasan infrastruktur, kemampuan mitigasi risiko, sampai keterbatasan sistem. Kolaborasi dengan para pelaku fintech harapannya bisa menekan financial gap sebesar 70 persen tersebut menjadi peluang,” jelasnya.

Selain itu, OJK berharap beragam transformasi digital buat layanan keuangan mampu menghadirkan inklusi keuangan, yang pada akhirnya meminimalkan dampak dari Covid-19 dan mendorong pemulihan perekonomian nasional. Rahmat Amin, Sales Director, Oracle Financial Services mengungkap bahwa mengadopsi cara kerja fintech merupakan kunci agar industri perbankan tetap mampu menyajikan layanan yang relevan.

“Perbankan perlu berkembang bersama fintech. Ada lima aspek yang bisa menjadi acuan. Agar layanannya berbeda dan menarik, agar bisa menjadi yang pertama di suatu ekosistem, bagaimana menjadi bagian dari ekosistem, tetap berkembang dalam ruang pembayaran, dan terakhir mampu memberikan efisiensi transaksi,” jelasnya.

Menurutnya, perbankan harus memanfaatkan fleksibilitas fintech dalam menjaring berbagai ekosistem digital, di mana di dalamnya terdapat calon-calon nasabah potensial yang sebelumnya mustahil dijangkau lewat metode konvensional. Turut hadir, Mary James, Former CIO Bank Danamaon mengungkap bahwa transformasi digital semakin relevan, karena muncul tren maraknya nasabah yang semakin mengurangi kunjungan fisik ke kantor cabang perbankan. Apabila dimungkinkan, nasabah ingin semua layanan bisa diakses secara online.

Sementara Edward Chien, Regional Sales Manager, FSS ASEAN yang menekankan bahwa inklusi keuangan di berbagai negara mulai tergantung kepada fintech. Sebagai contoh, pemerintah di beberapa negara mulai menggandeng platform-platform fintech untuk menyediakan akses transaksi kepada warganya yang masih unbankable. Misalnya, berkaitan dengan anggaran pemerintahan, seperti pembayaran pajak, jaminan sosial, atau pemberian bantuan.

Sumber : finansial.bisnis.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only