Pemerintah Cuan, ‘Durian Runtuh’ Juga Bikin Rupiah Perkasa

Jakarta,  – Ledakan harga komoditas dalam beberapa waktu terakhir membuat pemerintah Indonesia seakan ketiban durian runtuh.

Bukan hanya menguntungkan pemerintah, lonjakan harga komoditas juga berhasil rupiah menguat pada pembukaan perdagangan pasar spot hari ini, Selasa (26/10/2021).

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada pembukaan perdagangan pasar spot hari ini, setelah melemah 0,25% di awal pekan kemarin.

Pada Selasa (26/10/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.140 di pasar spot. Rupiah menguat 0,11% dibandingkan dengan penutupan perdagangan Senin.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengungkapkan, rupiah masih berpeluang melanjutkan penguatan untuk beberapa waktu ke depan. Bahkan diperkirakan dolar Amerika Serikat (AS) nanti bisa sampai ke bawah level Rp 14.000.

“Bisa saja overshoot menguat di bawah Rp 14.000/US$,” ungkap Ekonom Bank BCA David Sumual kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.

Faktor pendorong terbesarnya adalah realisasi ekspor pada September 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan RI pada September 2021 tercatat surplus sebesar US$ US$ 4,37 miliar

Sementara itu impor juga tercatat tumbuh 40,31% (yoy) di waktu yang sama.

“Kemarin surplus tinggi dan 17 bulan kemarin US$ 4,3 miliar. Sepanjang tahun bisa surplus di atas US$ 30 miliar di 2021. Ekspor profit juga akan masuk ke rupiah, bisa untuk biaya operasional sehari-sehari dan pegawai,” jelasnya.

Di samping itu ada persepsi positif dari investor ke dalam negeri terkait pemulihan ekonomi. Pasca hantaman covid varian delta dua bulan lalu, ekonomi tanah air kembali berjalan seiring dengan adanya penurunan kasus.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan lonjakan harga komoditas berpengaruh terhadap bea keluar (BK) di mana realisasinya mencapai Rp 22,56 triliun atau terbaik sepanjang sejarah Indonesia.

“BK melonjak 910,6% karena komoditas CPO dan logam dasar, batu bara nikel dan lain-lain,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita periode Oktober 2021, Senin (25/10/2021).

Pos Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga catatkan pertumbuhan tinggi. Di mana dalam sembilan ini saja PNBP sudah terealisasi 107,6% atau melewati target APBN menjadi Rp 320,8 triliun.

“Ini didominasi dari SDA (Sumber Daya Alam) migas maupun non migas,” jelasnya.

SDA Migas mencapai pertumbuhan 16,4% menjadi 82,7% dari target Rp 75 triliun. Dipengaruhi oleh kenaikan ICP dalam 10 bulan terakhir yang sebesarUS$ 62,55 per barel atau di atas rata-rata asumsi APBN.

PNBP non migas tumbuh 78,3% menjadi 119,8% dari target Rp 29,1 triliun. Ditopang oleh kenaikan harga batu bara, emas, perak, tembaga, timah dan nikel. HBA dalam periode tersebut mencapai US$ 102,3/ton.

Di samping itu ada dorongan juga dari peningkatan produksi kayu, penggunaan areal kawasan hutan, pembayaran piutang PNBP penggunaan kawasan hutan serta kenaikan pendapatan perusahaan panas bumi.

Kemudian ada pendapatan PNBP lainnya yang tumbuh 32,9% menjadi 93,2% dari target Rp 109,1 triliun. Faktor pendorongnya adalah kenaikan penjualan hasil tambang batu bara, pendapatan minyak mentah dan layanan PNBP KL.

Pajak juga mendapatkan imbas dari sektor pertambangan pada Januari-September 2021 melonjak 38,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Jauh membaik ketimbang sembilan pertama 2020 yang ambles 42,7% yoy.

Sementara pada kuartal III-2021, penerimaan pajak dari sektor pertambangan melesat 317,6% yoy. Jauh membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang terkontraksi (tumbuh negatif) 18% yoy.

“Boom harga komoditas mulai terlihat pada kuartal III. Sepertinya akan bertahan sampai awal tahun depan,” pungkasnya

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only