‘Durian Runtuh’ Ini yang Bikin Kas Negara Nambah 891%!

Jakarta. Indonesia bak ketiban durian runtuh saat terjadi lonjakan harga komoditas dalam beberapa waktu terakhir.

Dalam laporan APBN KITA edisi September 2021, penerimaan negara dari Bea Keluar (BK) tumbuh signifikan sebesar 891,54% year-on-year (yoy) hingga 31 Agustus 2021 menjadi Rp 18,89 triliun. Pertumbuhan fantastis ini didorong oleh penerimaan dari ekspor komoditas mineral dan produk kelapa sawit.

Penerimaan BK dari ekspor komoditas Mineral, tumbuh 118% year-to-date (ytd) karena dipengaruhi peningkatan volume ekspor dan harga (tembaga).

Penerimaan BK Produk Kelapa Sawit melesat 3.163,99% ytd, didorong tarif BK yang lebih besar di sepanjang tahun 2021, serta pengenaan BK pada produk turunannya (pengaruh tingginya harga referensi CPO).

BK Kayu dan kulit turun -20.82% ytd dipengaruhi penurunan tarif BK komoditas veneer mulai tahun 2021 ( dari 15% menjadi 5%) serta BK Kakao turun 15.75% ytd, disebabkan turunnya volume ekspor kakao.

Dalam Undang-Undang Kepabeanan, terdapat enam barang ekspor yang dikenakan bea keluar, antara lain kulit, kayu, biji kakao, kelapa sawit (CPO dan turunannya), produk hasil pengolahan mineral logam, produk mineral logam dengan kriteria tertentu.

Tim Riset CNBC Indonesia sudah merangkum kinerja barang ekspor yang dikenai bea keluar sesuai Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 64/PMK. 010/2018. Berikut tabel volume dan nilai ekspor Januari-Juli 2021 mengacu pada Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Ekspor Menurut HS.

KomoditasVolume (ribu ton)Nilai (juta US$)
Sawit21597,5017640,69
Tembaga1091,892509,58
Aluminium8.667,19275,43
Kayu665,36132,23
Besi1230,8755,69
Biji Kakao13,0532,15
Seng17,2016,29
Timbal6,7912,87
lmenite10,922,97
Mangan1,430,74
Kulit0,000,02
Nikel0,000,00

Mengacu data BPS, dari keenam barang yang dikenakan bea keluar tersebut, sawit mendominasi dengan nilai ekspor tertinggi dengan nilai US$ 17.640,69 juta pada 2021 (Januari-Juli), naik 58,50% year-on-year (yoy) dibanding tahun 2020. Sementara itu, volume ekspor mencapai 21.597,50 ton, naik 3,61% yoy.

Naiknya harga CPO sepanjang 2021 mendorong nilai ekspor sawit. Hal ini tercermin dari ketimpangan pertumbuhan volume dan nilai ekspor. Harga CPO dari awal tahun sudah menguat 32,76% sampai hari ini.

Tembaga jadi komoditas nomor dua dengan nilai ekspor US$ 2.509,58 juta, naik 303.29% yoy. Kenaikan nilai ekspor tembaga ini didorong oleh harga tembaga yang menguat pada tahun 2021 dan juga volume ekspor yang meningkat 180,82% yoy.

Urutan ketiga ada komoditas aluminium dengan nilai ekspor US$ 275.43 juta dan volume ekspor 8.667,19 ribu ton.

Kenaikan harga komoditas dunia jadi bonus penerimaan negara di tengah pengeluaran yang terkuras untuk pemulihan ekonomi dan kesehatan saat pandemi COVID-19 berlangsung.

Selain BK, Pos Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)dan penerimaan pajak dari sektor pertambangan juga terdampak positif dari kenaikan harga komoditas dunia.

PNBP dalam sebulan bulan berjalan sudah terealisasi 107,6% atau melewati target APBN menjadi Rp 320,8 triliun. Sementara pada kuartal III-2021, penerimaan pajak dari sektor pertambangan melesat 317,6% yoy. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, dalam konferensi pers APBN Kita periode Oktober 2021, Senin (25/10/2021), memperkirakan boom komoditas akan bertahan hingga awal tahun depan.

Sumber : cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only