Ekonomi Hijau dan Perubahan Iklim

Perubahan iklim bukan merupakan sesuatu yang asing atau tidak dikenal oleh tiap-tiap dari kita yang hidup pada zaman ini. Secara saintifik, perubahan iklim memang terjadi secara alamiah di Bumi dari jutaan tahun lalu hingga mencapai kondisi yang stabil seperti sekarang untuk dihuni manusia dan kemudian akan berbalik menjadi suhu yang tidak stabil. Namun sayangnya siklus perubahan Bumi tersebut terbukti dipercepat oleh aktivitas manusia.

Hal ini diperkuat dari laporan yang dipublikasikan awal Agustus 2021 oleh para peneliti iklim terkemuka dari berbagi belahan dunia yang tergabung dalam Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change/ IPCC). Laporan yang dirangkum berdasarkan lebih dari 10,000 publikasi ilmiah oleh 234 peneliti dari 66 negara itu menyimpulkan bahwa suhu rata-rata global akan mencapai atau melebihi titik 1.5 C dalam 20 tahun ke depan.

Titik 1.5 C telah dideskripsikan oleh peneliti sebelumnya sebagai batas aman dimana aktivitas manusia dapat berjalan tanpa adanya variasi iklim dan suhu yang ekstrem. Yang artinya jika batas ini terlampaui, maka hal ini dapat berdampak negatif tidak hanya di seluruh aspek kehidupan manusia saja, namun lebih jauh lagi sistem penunjang kehidupan di Bumi ini akan terganggu.
Pendanaan masih menjadi satu hal penting untuk mengatasi perubahan iklim bagi Indonesia seperti yang dibenarkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa secara total Indonesia membutuhkan dana sekitar Rp 3.700 triliun hingga 2030 mendatang.

Selain instrumen utama yang berasal dari pendanaan APBN, kebijakan lain juga telah dilakukan seperti pembentukan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup dan SDG Indonesia One sebagai lembaga untuk mempertemukan berbagai mitra pembangunan, filantropis, individu, dan lembaga multilateral yang tertarik untuk melakukan proyek infrastruktur atau pendanaan yang berkaitan dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Bagi sektor swasta, pemerintah juga menerbitkan kebijakan fasilitas tax holiday dan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) serta Bea Masuk untuk industri pioner sektor energi terbarukan.

Pertemuan COP26 yang baru saja berlangsung di Glasgow juga merupakan ajang bagi Indonesia mengemukakan komitmen untuk memerangi perubahan iklim agar mendapat dukungan khususnya pendanaan internasional dari negara negara maju untuk membantu transisi energi dan ekonomi Indonesia yang lebih hijau. Presiden Jokowi dalam pidatonya mengemukakan bahwa Indonesia melangkah mau dengan pengembangan ekosistem mobil listrik, pembangunan pembangkit tenaga surya terbesar di Asia Tenggara dan pembangunan kawasan industri hijau di Kalimantan Utara.

Sumber : Detik.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only