Masyarakat Mulai Melek Investasi, Target Serapan SBN Ritel 2022 Diyakini Dapat Tercapai

JAKARTA – Minat terhadap Surat Berharga Negara (SBN) Ritel diyakini akan tetap tinggi seiring dengan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya investasi dan kemudahan yang ditawarkan. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menyebutkan, minat masyarakat terhadap instrumen SBN ritel terus menunjukkan pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir. Dia mempekirakan, hal serupa akan terjadi pada tahun 2022 mendatang seiring dengan pergeseran pola pikir masyarakat Indonesia. Ramdhan memaparkan, masyarakat Indonesia saat ini telah memulai transformasi dari yang semula sangat berorientasi menabung (saving oriented) menjadi masyarakat yang melek investasi (investment-oriented society). Tren berinvestasi ini bahkan telah dilakukan oleh anak-anak muda seperti generasi milenial dan generasi Z.

Pertumbuhan minat masyarakat juga tidak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah. Ramdhan mengatakan, langkah pemerintah untuk memperkenalkan dan menawarkan SBN ritel melalui beragam platform dan program edukasi membuat kesadaran masyarakat terhadap produk investasi ini semakin besar. Salah satu contoh langkah positif yang diambil pemerintah adalah menawarkan SBN ritel dengan sistem pembelian online. Cara tersebut dinilai tepat ditengah perkembangan teknologi dan mempermudah calon investor untuk membeli obligasi ritel. Baca Juga : Kemenkeu Targetkan Serapan SBN Ritel Rp100 Triliun pada 2022 Ramdhan melanjutkan, dengan upaya pendalaman pasar secara berkelanjutan, minat masyarakat terhadap SBN ritel akan semakin tinggi. Menurutnya, potensi pasar ritel di Indonesia masih terus berkembang dari tahun ke tahun

“Pasar SBN ritel kita bila dibandingkan dengan SBN umum baru sekitar 10 persen. Dengan demografi Indonesia yang sangat besar, pendalaman pasar dan edukasi terkait produk ini sangat penting untuk menarik lebih banyak minat investor-investor ritel,” jelasnya. Minat investor ritel juga akan ditopang dengan adanya insentif-insentif seperti pemotongan pajak. Dengan pemotongan pajak penghasilan (PPh) bunga obligasi menjadi 10 persen, return yang didapatkan investor juga akan semakin besar dibandingkan dengan instrumen sejenis lainnya seperti deposito. Meski demikian, Ramdhan juga mengingatkan pemerintah untuk menerbitkan obligasi ritel pada saat yang tepat. Hal ini berkaca dari tren penerbitan pada 2020 lalu dimana pemerintah menerbitkan 10 seri SBN ritel tetapi hanya mencatat penyerapan sebesar Rp76,78 triliun. “Masalah timing ini sangat penting di tahun depan mengingat adanya potensi kenaikan suku bunga The Fed dan prospek pemulihan ekonomi global dan Indonesia. Kalau timing nya sudah tepat, saya yakin target Rp100 triliun dapat tercapai,” tutupnya.

Sumber : Bisnis.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only