Potensi Inflasi Meningkat, Begini Prospek Pasar Obligasi di Sepanjang Tahun Ini

JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia di tahun 2022 diperkirakan bergerak moderat. Hal ini dipengaruhi tekanan  inflasi yang terjadi di Amerika maupun global. Konsensus ekonom Bloomberg memperkirakan level  inflasi AS tahun 2022 akan meningkat ke level 4,4%, sedangkan inflasi global berada di level 3,9%.  

Potensi tingginya inflasi di AS memicu penyesuaian kebijakan moneter Bank Sentral yang lebih cepat  di beberapa negara maju. Level inflasi AS yang melonjak sangat tinggi mendorong The Fed  mempercepat laju tapering sehingga menimbulkan spekulasi kenaikan Fed Funds Rate (FFR) hingga tiga kali di tahun 2022. 

Jumlah kenaikan tersebut sejalan dengan proyeksi para anggota FOMC yakni FFR akan berada di level 0,75%-1,00% di tahun 2022.  Tekanan inflasi juga diperkirakan dari dalam negeri. Kenaikan inflasi diperkirakan dari inflasi inti seiring pemulihan ekonomi yang tercermin dari  peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen. 

Selain itu potensi kenaikan inflasi juga dari inflasi non inti seiring dengan wacana penghapusan BBM jenis Premium dan Pertalite, penyesuaian tarif  Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11%. Tak hanya itu, potensi kenaikan cukai beberapa barang konsumsi.  

Sejumlah tekanan inflasi tersebut, konsensus ekonom Bloomberg berpendapat, inflasi  Indonesia meningkat ke level 2,9%. Sejumlah risiko inflasi dan pengetatan moneter AS yang lebih cepat  mendorong potensi penyesuaian kebijakan moneter oleh Bank Indonesia. 

Selain risiko inflasi dan percepatan normalisasi kebijakan moneter AS, risiko perkembangan Covid-19 akibat munculnya varian baru Omicron juga masih akan terus membayangi pasar.  

Beberapa katalis positif pasar yakni penurunan defisit APBN, perbaikan neraca perdagangan dan  potensi pemulihan ekonomi domestik. OECD memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan tumbuh sebesar 4,9% yoy atau meningkat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2021 yang  sebesar 3,7%yoy. 

Institusi bank lokal masih menjadi pendorong di pasar  obligasi khususnya SBN. Kondisi ini didorong masih rendahnya proyeksi penyaluran kredit perbankan di tahun 2022 di tengah likuiditas yang terjaga. 

Bank Indonesia memproyeksikan kredit  perbankan tumbuh pada kisaran 6%-8% di tahun 2022. Adapun penurunan defisit APBN menjadi 4,85% terhadap PDB akan mendorong supply SBN yang lebih rendah dimana target penerbitan SBN berdasarkan APBN 2022 menurun menjadi sebesar Rp 991,3triliun. 

penerbitan SBN neto menurun sebesar -37,98% dari Rp 1.225,45 triliun menjadi Rp 760,07triliun. Dari total penerbitan SBN di tahun 2021 sebesar Rp 764,63 triliun

IBPA dalam rilis Jumat (7/1) menjelaskan, sepanjang tahun lalu, nilai penerbitan obligasi pemerintah mencapai Rp 1.144,65 triliun. 

Nilai penerbitan ini menurun -25,36% dari Rp 1.533,63 triliun pada tahun 2020. Sedangkan penerbitan SBN neto menurun sebesar -37,98% dari Rp 1.225,45 triliun menjadi Rp 760,07 triliun. Dari total penerbitan SBN di tahun 2021 sebesar Rp 764,63 triliun merupakan obligasi konvensional. 

Dimana 85% atau sebesar Rp 649,37 triliun diterbitkan di dalam negeri, sedangkan Rp 115,25 triliun lainnya diterbitkan di luar negeri dengan  denominasi dolar Amerika, yen Jepang, maupun euro. 

Sedangkan untuk penerbitan  obligasi korporasi pada tahun 2022 diperkirakan akan lebih semarak. Prospek pemulihan ekonomi dan besarnya potensi refinancing perusahaan yang tercermin dari peningkatan nilai obligasi yang akan  jatuh tempo tahun 2022 yakni sebesar Rp 144,67 triliun diperkirakan menjadi faktor utama peningkatan  penerbitan obligasi korporasi baru tahun 2022.

Sepanjang tahun ini, IBPA mencatat terdapat 220 seri baru obligasi korporasi (termasuk EBA) melalui penawaran umum dengan total nilai  issuance sebesar Rp 106,80 triliun atau meningkat +19,12% dari tahun 2020. 

Sedangkan  penerbitan surat utang korporasi melalui skema penawaran terbatas yakni Medium Term Notes  (MTN), berdasarkan data yang dihimpun dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terdapat  20 penerbitan seri baru berdenominasi rupiah dengan total nilai issuance sebesar Rp 5,58 triliun. Dimana dua seri baru berdenominasi dollar AS dengan total nilai US$ 10 juta.  

Sumber: kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only