Pertumbuhan Ekonomi Meleset dari Target 4%, Rupiah Ditutup Melemah

Ekonomi Indonesia sepanjang 2021 mulai menunjukkan tren pemulihan setelah di 2020 mengalami tekanan berat akibat pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekonomi Indonesia pada tahun 2021 tumbuh positif 3,69% (YoY). Adapun pada kuartal IV, pertumbuhan ekonomi capai 5,02% (YoY), lebih tinggi dari proyeksi sejumlah analis 4,81%.

Namun sayangnya, dalam perdagangan Senin (7/2) sore ini, rupiah ditutup melemah 12  poin walaupun sebelumnya sempat melemah 30 poin di level Rp 14.392 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.380. “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah direntang Rp 14.370-14.420,”  kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya, Senin (7/2).

Sebelumnya di kuartal I-2021, ekonomi Indonesia terkontraksi 0,74%, kemudian mulai mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,07% di kuartal II-2021. Pertumbuhan positif juga berlanjut pada kuartal III-2021 sebesar 3,51%, demikian juga di kuartal IV-2021 yang tumbuh 5,02%.

Selain pertumbuhan ekonomi, pasar juga terus memantau perkembangan Program Pengungakapan Sukarela (PPS) atau Tax Amnesty Jilid II. Dalam pelaksanaannya negara mengantongi sebesar Rp 1,09 triliun per Minggu (6/2). Setoran pajak penghasilan (PPh) itu berasal dari pengungkapan harta bersih senilai Rp10,23 triliun.

Berdasarkan situs resmi DJP, Minggu (6/2), wajib pajak yang mengikuti tax amnesty jilid II sebanyak 10.670. Dari total tersebut, DJP telah mengeluarkan 11.745 surat keterangan. Sementara itu, deklarasi dari dalam negeri dan repatriasi yang dilakukan oleh wajib pajak sebesar Rp 8,82 triliun dan deklarasi luar negeri sebesar Rp 798 miliar. Dari total tersebut, dana yang diinvestasikan ke instrumen surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 617,14 miliar.

Dari eksternal, investor sekarang menunggu data inflasi AS, termasuk indeks harga konsumen, yang akan dirilis pada hari Kamis. Pembacaan yang kuat dapat meningkatkan taruhan kenaikan suku bunga Fed pada Maret 2022. Sementara itu, saham Asia Pasifik sebagian besar turun pada hari Senin, dengan laporan pekerjaan AS yang kuat menenangkan para pecinta tentang pemulihan ekonomi global dari Covid-19. Benchmark 10-tahun Treasuries A.S. berada di level tertinggi sejak Desember 2019 pada hari Jumat.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa non-farm payrolls berada di 467.000 pada Januari, sedangkan tingkat pengangguran adalah 4%. Investor sekarang menunggu data inflasi AS, termasuk indeks harga konsumen, dengan data yang kuat kemungkinan akan meningkatkan taruhan bahwa Federal Reserve AS akan mulai menaikkan suku bunga.

Di Asia Pasifik, data Tiongkok yang dirilis pada hari sebelumnya menunjukkan bahwa indeks manajer pembelian layanan Caixin adalah 51,4 pada Januari. Australia juga merilis angka penjualan ritel.

Sementara itu, ketegangan geopolitik di Eropa Timur juga mendukung safe-haven logam kuning. AS dan Rusia terus bentrok terkait Ukraina, dengan dua pejabat AS memperingatkan pada Sabtu bahwa Rusia memiliki sekitar 70% kekuatan tempur yang dibutuhkan untuk menyerang Ukraina.

Sumber: investor.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only