Kas Negara Aman, Sri Mulyani Tak Usah Buru-buru Tambah Utang!

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati diharapkan tidak terburu-buru dalam penerbitan surat utang negara (SUN) di tengah ketidakpastian global. Apalagi kas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih cukup untuk memenuhi belanja pemerintah.

“Kondisi keuangan APBN pun saat ini (per bulan Jan’22) masih tercatat surplus, sehingga kebutuhan pendanaan masih tidak terlalu tinggi,” kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada CNBC Indonesia, Senin (14/3/2022).

Penerimaan negara mencapai Rp 156 triliun atau tumbuh 54,9% (year on year/yoy). Kontribusi terbesar adalah penerimaan pajak dengan Rp 109,1 triliun atau tumbuh 59,4% dan bea cukai sebesar Rp 24,9 triliun atau tumbuh 99,4%.

Sementara itu belanja negara mencapai Rp 127,2 triliun atau kontraksi 13%. Rendahnya belanja negara dikarenakan kecilnya realisasi dari belanja Kementerian Lembaga (KL) dan dana desa.

Atas capaian tersebut, APBN di Januari 2022 mencatat surplus Rp 28,9 triliun atau 0,16% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Keseimbangan primer juga surplus Rp 49,4 triliun. SILPA juga masih tersisa Rp 25,9 triliun.

Dalam beberapa waktu terakhir, keuangan global cukup bergejolak karena berbagai persoalan. Antara lain, lonjakan inflasi Amerika Serikat (AS) di atas ekspektasi hingga perang antara Ukraina dan Rusia yang belum ada titik temu.

Ini mendorong kenaikan yield US Treasury yang kini mencapai 2% untuk 10 tahun dan 2,39% untuk 30 tahun. Selisih yang semakin tipis dengan Indonesia, ternyata menjadi pengaruh negatif bagi penerbitan SUN.

Saat lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pekan lalu. Jumlah yang dimenangkan oleh pemerintah mencapai Rp 6,2 triliun, lebih rendah dari target indikatif yang ditetapkan pemerintah sebelumnya sebesar Rp 11 triliun atau terendah sepanjang tahun 2022.

Adapun penawaran yang masuk (incoming bids) pada lelang hari ini hanya mencapai Rp 15,3 triliun, atau yang menjadi terendah sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut kurang dari setengah dari incoming bids yang masuk pada lelang Sukuk 22 Februari lalu yakni Rp 33,51 triliun Seretnya minat investor asing terlihat dari incoming bids asing yang hanya mencapai Rp 2,8 triliun pada lelang Sukuk hari ini.

Pemerintah masih akan menerbitkan SUN secara reguler ke depan. Josua memandang investor dimungkinkan masih dalam posisi wait and see sampai ada perkembangan terbaru dari beberapa faktor tadi.

“Investor cenderung wait and see mempertimbangkan sentimen risk off yang berkembang saat ini terutama dari geopolitik dan normalisasi moneter AS,” paparnya.

Pemerintah masih ada kesepakatan dengan Bank Indonesia (BI) lewat SKB 3 untuk mengamankan APBN dari kekurangan dana. Di sisi lain, kenaikan harga minyak dunia dan komoditas lainnya akan menambah penerimaan negara.

Sumber: cnbcindonesia.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only