Berharap Mudik Lebaran Memutar Roda Ekonomi

Ada risiko konsumsi masyarakat turun akibat kenaikan harga pangan dan tarif PPN di April

JAKARTA. Pemerintah akhirnya memperbolehkan kembali mudik Lebaran pada tahun ini, setelah dua tahun berturut-turut ditiadakan untuk menekan penyebaran Covid-19. Keputusan tersebut menjadi angin segar bagi prospek perekonomian. Apalagi, puasa dan Lebaran merupakan salah satu tumpuan perekonomian sepanjang tahun berjalan.

Berdasarkan survei Balitbang Kementerian Perhubungan, potensi masyarakat yang akan melakukan mudik mendekati 80 juta jika pemerintah memberlakukan syarat perjalanan dalam negeri sebagaimana yang berlaku saat ini. Syaratnya pemudik sudah divaksin dua kali dan tidak dibutuhkan tes usap baik antigen maupun PCR.

Dengan adanya pelonggaran mobilitas tersebut bakal meningkatkan perputaran uang selama bulan Ramadan dan Lebaran. Bank Indonesia (BI) menyiapkan pasokan uang tunai Rp 175,3 triliun untuk mengantisipasi kebutuhan Lebaran.

Jumlah itu, naik 13,46% dibanding realisasi kebutuhan uang Ramadan dan Lebaran 2021 yang sebesar Rp 154,5 triliun. Namun memang, nilai ini masih belum kembali ke level pra pandemi. Catatan KONTAN, kebutuhan uang beredar periode Ramadan dan Lebaran tahun 2019 mencapai Rp 192 triliun.

Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi bakal semakin kuat tahun in. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir memperkirakan, aktivitas ekonomi mendorong konsumsi sehinga produksi barang dan jasa meningkat.

“Sehingga pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 naik dan secara keseluruhan tahun 2022 dapat mencapai 5,2%,” kata Iskandar, Kamis (24//3).

Sebagai gambaran, pertumbuhan ekonomi pada Ramadan dan Lebaran 2021 yang jatuh pada kuartal II, mencapai 7,07%. Angka ini melampaui pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 dan 2018, lantaran ekonomi anjlok 5,32% pada kuartal II-2020.

Tergantung daya beli

Ekonom Center of Reform on Economics Indonesia (Core) Yusuf Rendy Manilet menilai, pelonggaran mobilitas saat Ramadan dan Lebaran seharusnya berdampak positif terhadap aktivitas bisnis dan perekonomian yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi, terutama di kuartal II-2022.

Namun, perputaran roda ekonomi juga akan sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat. Sementara pada periode tersebut, inflasi diproyeksi melonjak akibat adanya kenaikan harga bahan pangan pokok, ditambah kenaikan tarif pajak pertambahan nilai.

“Untuk mengoptimalkan kebijakan pelonggaran mudik, pemerintah perlu menambah beberapa pos, terutama yang berkaitan dengan perlindungan sosial seperti bantuan sosial tunai, dan sembako,” kata Yusuf.

Tak hanya itu, protokol kesehatan masyarakat juga masih harus menjadi perhatian. Apalagi, saat ini aturan mudik sudah memperbolehkan perjalanan dilakukan tanpa tes swab antigen maupun PCR.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman meramal, sejumlah sektor usaha bakal tergerak akibat adanya mudik Lebaran tahun ini, seperti perdagangan besar dan eceran, transportasi, penyediaan akomodasi, penyediaan makan minum dan pariwisata.

Faisal memproyeksi pertumbuhan ekonomi dan konsumsi rumah tangga kuartal II-2022 akan berada pada kisaran 5% hingga 5,5%.

Sumber : Harian Kontan Jumat 25 Maret 2022 hal 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only