Siap-Siap Bunda, Harga Baju Lebaran Bakal Naik!

Kenaikan harga kapas, minyak mentah, serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diperkirakan akan mendongkrak harga baju Lebaran pada tahun ini.

Harga kapas internasional tercatat sebesar US$ 139,98/pounds, sudah naik 74% dalam setahun sementara itu harga minyak mentah dunia Brent masih berada di atas US$ 100 per barel.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan industri tekstil dan pakaian jadi dalam negeri sebenarnya tidak terlalu terpengaruh dengan harga kapas. Namun, industri tersebut tengah dipusingkan dengan kenaikan harga minyak mentah dunia.
Redma menjelaskan konsumsi serat kapas untuk industri dalam negeri hanya 30-35%. Sebagian besar industri pakaian jadi domestik menggunakan polyester dan rayon sebagai bahan baku. Dia menjelaskan jarang pakaian jadi produksi dalam negeri yang menggunakan serat kapas 100%. Salah satu produk pakaian jadi yang menggunakan serat kapas terbanyak adalah t-shirt.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor kapas Indonesia mencapai 256.081 ton dengan nilai US$ 1,01 miliar. Impor terbesar dari Brasil dengan nilai US$ 328,1 juta. Negara penyuplai kapas besar lainnya adalah Yunani, Mali, Zimbabwe, Pantai Gading, dan Pakistan.

Berdasarkan laporan Kementerian Perindustrian: Mendorong Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil Buku Analisis Pembangunan Industri di Tengah Pandemi, pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% terhadap sejak 2014 membuat penggunaan kapas berkurang.

“Kalau harga kapas naik kan masih di-blend dengan serat lain tapi kalau minyak naik ya semua naik, polyester naik karena (bahan bakunya) dari turunan minyak bumi,” tutur Redma,  Redma menjelaskan kenaikan harga bahan baku akan menyebabkan kenaikan biaya di tingkat produksi garmen (pakaian jadi) sebesar 5%.

Redma mengatakan Indonesia merupakan produsen terbesar kedua rayon dan kelima terbesar polyester dengan produksi masing-masing sekitar 650.000 ton. Dengan status tersebut, produsen tekstil dan pakaian jadi tidak pusing dengan pasokan. Namun, kenaikan harga minyak akan membuat harga baku tersebut naik.

Serat polyester dibuat dari senyawa kimia seperti ethylene glycol dan asam tereftalat. Bahan tersebut membutuhkan campuran polyethylene terephathalate (PET) yang berasal dari minyak bumi.

“Beberapa produk mungkin terpengaruh kenaikan harga kapas tapi jarang produsen yang menggunakan 100% serat kapas. Bahan baku polyester dan rayon sangat cukup. Kalau kapas naik, kita bisa mensubstitusi dari salah satu tapi kalau mereka naik ya itu jadi masalah,” terangnya.

Dia menjelaskan kenaikan PPN menjadi 11% mulai April belum dimasukkan ke dalam biaya produksi serat kain. Pasalnya, serat kain untuk baju lebaran diproduksi dua bulan menjelang puasa, atau sekitar Februari tahun ini. Namun, kenaikan PPN kemungkinan sudah diberlakukan penjual ritel.

“Sekarang prosesnya sudah di industri garmen. Mungkin nanti kenaikan harganya ada di tingkat ritel. Kalau dari hulu, proses benangnya sudah selesai,” ujarnya.

Sebagai mana diketahui, industri tekstil dan pakaian jadi terbagi tiga yakni hulu (upstream), sektor industri antara (midstream), dan sektor industri hilir (downstream).
Sektor industri hulu (upstream) merupakan sektor yang memproduksi serat dan benang.

Sektor industri antara (midstream) adalah industri yang memproduksi kain serta downstream yang memproduksi barang-barang jadi tekstil konsumsi masyarakat termasuk garmen yang mengolah kain jadi menjadi pakaian jadi baik kain rajut maupun kain tenun.

Redma mengatakan dibandingkan dua tahun lalu, permintaan akan benang untuk baju lebaran jauh membaik untuk tahun ini. Sebagai catatan, Hari Raya Idul Fitri pada 2020 dan 2021 dirayakan dalam suasana pembatasan mobilitas yang ketat. Pemerintah bahkan melarang tradisi mudik. Kondisi ini ikut mempengaruhi penjualan pakaian jadi.

“Dari hulu bagus, demand bagus. Cuma kita masih was-was kalau kemarin impor benar-benar dikendalikan. UKM nya pun sangat confident untuk produksi tetapi masih khawatir serbuan impor,” tuturnya.

Seperti diketahui, pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan pada tahun 2020 dan 2021 untuk membantu kinerja industri tekstil dan pakaian jadi, seperti safeguard bagi impor tekstil. Direktur Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian Elis Masitoh mengatakan kenaikan harga kapas tidak akan terlalu berpengaruh terhadap produk pakaian jadi untuk konsumen dalam negeri. Pakaian jadi dari serat kapas lebih banyak dijual untuk tujuan ekspor.

“Kenaikan kapas sebenarnya akan menaikkan harga pakaian namun mengingat saat ini demand belum benar-benar pulih sehingga pengusaha terpaksa tidak menaikkan harga pakaian jadinya,” tutur Elis,

Dia mengingatkan produk pakaian jadi berbeda dengan makanan di mana konsumen cenderung mengabaikan kenaikan harga. “Ini kan berbeda dengan makanan, ketika bahan pokok naik maka produk akhir akan naik dan masyarakat akan tetap membeli,” tambahnya.

Sumber : CNBC Indonesia

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only