Harga-Harga Naik, Pukulan Telak Masyarakat Menengah Bawah

JAKARTA. Pemulihan ekonomi Indonesia tahun ini berpotensi terhambat. Penyebabnya, kenaikan harga barang dan jasa yang bisa memukul daya beli masyarakat.

Pertama, kenaikan harga pangan dan jasa saat Ramadan dan Lebaran. Kedua, harga barang makin naik menyusul kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11% mulai 1 April 2022 ini. Ketiga, harga BBM jenis Pertamax naik sekitar Rp 3.500 hingga Rp 3.550 per liter, juga mulai 1 April 2022.

Tekanan bisa bertambah berat karena pemerintah mengirim sinyal akan menaikkan harga produk energi lainnya. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkan, Jumat (1/4), pemerintah berencana mengerek harga Pertalite dan Elpiji tabung 3 kg, masing-masing pada Juli dan September nanti.

Pertalite adalah BBM yang paling banyak masyarakat konsumsi, mencapai 79% dari total konsumsi BBM jenis bensin. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat: konsumsi Pertalite sepanjang 2021 mencapai 23 juta kiloliter (KL), naik 27,07% dibanding 2020.

Sementara konsumsi Elpiji 3 kg mencapai 92,5% dari total konsumsi LPG nasional. Per Januari 2022, realisasi konsumsi Elpiji bersubsidi mencapai 632,7 juta kg, naik 4,89% year on year (yoy).

Kenaikan harga jelas akan bertubi menekan daya beli, khususnya, masyarakat kelas menengah dan bawah. Di satu sisi, 40% kelompok masyarakat menengah berkontribusi paling besar terhadap konsumsi rumahtangga nasional.

Di sisi lain, kelompok ini juga minim subsidi. Pemerintah hanya memberikan insentif berupa penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) orang pribadi berpenghasilan hingga Rp 60 juta per tahun, dari 15% menjadi 5% tahun ini.

Kata Deputi Bidang Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir kemarin, bansos untuk masyarakat masih akan tetap dilanjutkan dan diperluas. “Yang terpenting sekarang adalah penciptaan lapangan kerja,” kata dia.

Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan, pemerintah seharusnya bisa menjaga stabilitas harga sebagai kunci memperkuat pemulihan ekonomi. Saat ini, pemerintah tengah menikmati windfall dari kenaikan harga komoditas. “Untuk itu, anggaran bisa fokus untuk stabilitas, seperti subsidi energi dan pangan,” ujar dia. Prediksi Bhima, lonjakan harga-harga bisa mendorong inflasi tahun ini ke level 4%. Alhasil, pertumbuhan ekonomi tahun ini kemungkinan hanya 3,5%-4%.

Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy menyebut, masyarakat kelas menengah berkontribusi 30% terhadap total konsumsi nasional. Sementara 40% masyarakat kelas bawah menyumbang 17% konsumsi nasional.

Karena itu, pemerintah harus lebih memerhatikan kelompok menengah bawah dari efek kenaikan harga. Saat Ramadan dan Idul Fitri, daya beli kelompok ini akan makin tertekan dan berpotensi mengganggu ekonomi. Efeknya, pertumbuhan ekonomi tidak akan setinggi prediksi.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman melihat, kenaikan PPN tak berdampak besar ke masyarakat kelas menengah. Mobilitas masyarakat meningkat sejalan dengan keputusan pemerintah membolehkan mudik. Efeknya, pertumbuhan di bulan puasa dan Lebaran bisa kuat.

Sumber : Harian Kontan Sabtu 2 April 2022 hal 1

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only