Keyakinan Konsumen Tergerus Lonjakan Harga

Indeks Keyakinan Konsumen Maret turun 2 poin menjadi 111 dari bulan sebelumnya.

JAKARTA. Penurunan optimisme konsumen Indonesia berlanjut. Setelah dihantam lonjakan kasus Covid-19 pada Februari lalu, kini penyebab penurunan optimisme konsumen di tanah air adalah kenaikan harga pangan dan energi yang mengerek inflasi.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Maret 2022 tercatat sebesar 111, turun dari 113,1 pada Februari lalu. Sehingga, rata-rata IKK pada kuartal I-2022 sebesar 114,6, turun dari kuartal IV-2021 yang mencapai 116,7. “Meski turun, rata-rata IKK pada kuartal I-2022 masih berada pada area optimistis,” kata Erwin Haryono, Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI, Jumat (8/4).

Menurut laporan BI, terbatasnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi mendatang dan keyakinan konsumen akan kondisi ekonomi saat ini, jadi penyebab penurunan IKK Maret.

Pertama, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Maret turun dari 130,8 menjadi 128,1. Penyebabnya ialah, penurunan keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kegiatan usaha dan ekspektasi ketersediaan lapangan kerja.

Kedua, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Saat Ini juga menurun dari 95,5 menjadi 93,9. Pelemahan keyakinan konsumen terhadap penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, juga pembelian barang tahan lama alias durable goods jadi penyebabnya.

Penurunan IKK Maret 2022 terpantau terjadi pada sebagian kelompok pengeluaran responden. Penurunan terdalam terjadi pada responden dengan pengeluaran lebih dari Rp 5 juta per bulan.

Menurunnya optimisme konsumen juga sejalan dengan optimisme dunia usaha yang melemah. Dari hasil survei yang dilakukan KONTAN, Indeks Keyakinan CEO Indonesia atau Indonesia CEO Confidence Index (ICCI) pada kuartal II-2022 masih berada di jalur optimistis, dengan skor 3,81. Tapi, optimisme para pengusaha nasional berada di level terendah dalam dua kuartal terakhir (Harian KONTAN, 4 April 2022).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, inflasi menjadi faktor utama penurunan optimisme konsumen bulan lalu, sejalan dengan kenaikan harga, baik barang, pangan, maupun energi. Pada Maret 2022, tingkat inflasi tercatat 0,66%, setelah di Februari 2022 deflasi 0,02%.

“Potensi peningkatan inflasi pada tahun ini akan memengaruhi optimisme konsumen terhadap penurunan ekspektasi penghasilan, sejalan dengan ekspektasi penurunan pendapatan riil konsumen,” kata Josua kemarin.

Tapi, menurut Josua, kepercayaan konsumen ke depan masih berada dalam zona optimistis, karena penanganan Covid-19 yang makin baik sehingga ada pelonggaran mobilitas di berbagai daerah. Ini akan mendorong permintaan domestik yang tertahan selama dua tahun terakhir pandemi atau pent up demand.

Selain itu, kebijakan perlindungan sosial, terutama bagi masyarakat miskin dan rentan miskin, seperti bantuan langsung tunai (BLT) minyak goreng dan perlindungan sosial lainnya, turut menjaga optimisme konsumen. Sehingga, momentum pemulihan konsumsi domestik pada tahun ini masih terjaga. Pun dengan pertumbuhan ekonomi.

Masih ada tantangan

Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz juga optimistis, kepercayaan konsumen ke depan akan meningkat seiring dengan perbaikan aktivitas ekonomi serta momentum bulan Ramadan serta Hari Raya Idul Fitri.

Tetapi, optimisme konsumen ke depan masih akan dihadapkan pada sejumlah tantangan. Utamanya, potensi lonjakan kasus Covid-19 yang kembali membayangi mobilitas masyarakat. Selain itu, kenaikan harga barang terutama bahan bakar dan barang yang kena pajak pertambahan nilai (PPN) juga akan menekan ekspektasi konsumen.

Sumber : Harian Kontan Sabtu 09 April 2022 hal 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only