Kebijakan PPnBM DTP Dapat Mendorong Kinerja Industri Otomotif

JAKARTA. Membaiknya kinerja sektor Industri otomotif di Indonesia akan didorong oleh kebijakan pemerintah yang memperpanjang insentif pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM-DTP). 

Head of research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy mengatakan, pendorong utama peningkatan penjualan otomotif berasal dari insentif PPnBM serta kebangkitan ekonomi nasional pasca pandemi dan tingkat mobilitas masyarakat. 

“Dengan meningkatnya kebutuhan kendaraan untuk menunjang mobilitas serta pelonggaran permintaan kredit kendaraan ditambah dengan insentif PPnBM tentu meningkatkan permintaan baik itu 4W dan 2W,” ucap Hardy kepada Kontan.co.id, Jumat (1/7). 

Hardy mengatakan tantangannya sendiri berasal dari masalah pasokan chip/semikonduktor yang menghambat produksi untuk memenuhi permintaan kendaraan 4W/2W.

Hardy menyampaikan untuk data Juni belum keluar sehingga belum dapat melihat kinerja kuartal II secara penuh. 

Namun, ia perkirakan akan ada penurunan penjualan secara kuartal yang mana penyebab utamanya adalah hari kerja bulan Mei yang pendek karena banyak hari libur, sehingga jika dilihat penjualan Mei turun hampir setengahnya dari April 2022.

Hardy melihat prospek industri otomotif kedepannya sekarang sudah mulai gencar untuk peralihan ke Electric Vehicles (EV) ditambah dukungan Pemerintah untuk industri EV. 

“Sehingga, kami melihat peluang pertumbuhan yang besar bagi emiten yang mulai masuk ke industry EV baik manufaktur/assembly 4W/2W maupun produsen komponen EV,” ucap Hardy. 

Hardy mengatakan semakin banyak perusahaan otomotif Indonesia yang bergerak ke arah EV, seperti Dharma Polimetal (DRMA) yang membeli Nikel dan logam-logam lainnya secara lokal untuk membuat kemasan baterai merek sendiri untuk skuter listrik dan untuk kendaraan 3W mereka.

Selain itu, keringanan konsumen untuk mendapatkan kredit kendaraan dengan DP rendah hingga 15% dapat mendongkrak kinerja penjualan otomotif.

“Kinerja 4W masih sejalan dengan proyeksi, 38% target terpenuhi hingga May 2022,” ucap Hardy. 

Namun harga BBM yang rencananya akan naik berdasarkan harga keekonomian dapat menekan laju penjualan utamanya pada kendaraan penumpang 4W.

Jika terjadi, harga BBM yang dapat mencapai lebih dari Rp30.000 akan memberatkan biaya operasional bagi pengguna kendaraan sehingga menunda pembelian kendaraan dengan bahan bakar. 

“Konsumen akan mengurangi mobilitas untuk penghematan BBM atau memilih menggunakan transportasi umum,” tutur Hardy. 

Sumber : kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only