Mendorong Ekonomi dari Sektor Industri Pengolahan

JAKARTA. Pemerintah berupaya menjadikan industri pengolahan atau manufaktur sebagai motor pertumbuhan ekonomi paruh kedua 2022. Agar daya dorong manufaktur terhadap perekonomian lebih kuat, pemerintah menjanjikan bantuan sektor ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bantuan pemerintah bukan berupa insentif khusus. Menurut Airlangga, yang dibutuhkan industri manufaktur terutama adalah pembangunan infrastruktur yang baik dan pasokan gas, bahan bakar minyak (BBM), dan juga kelistrikan.

“Kami akan mendorong agar industri bisa memperoleh gas dengan harga yang ditentukan,” kata Airlangga, Jumat (5/8). Hanya Airlangga tidak memerinci sektor usaha yang mendapatkan harga gas khusus ini, apakah akan menambah jumlah 13 kelompok industri yang selama ini sudah menerima harga khusus dari pemerintah yakni US$ 6 per juta kaki kubik (mmbtu).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, industri pengolahan menjadi kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2022 lalu dengan persentase 17,84% . Pada periode tersebut, sektor ini tumbuh 4,01% year on year (yoy). Walaupun pertumbuhan manufaktur ini melambat ketimbang kuartal I-2022 yang mencapai 5.07% yoy.

Pemerintah juga mendorong efisiensi dengan revitalisasi Pupuk Iskandar Muda (PIM). Ia menyebut pemerintah mendorong agar PIM bisa mengimpor energi gas. Dengan begitu, ada tambahan produksi pupuk sekitar 550.000 ton pupuk dari Iskandar Muda untuk meningkatkan produktivitas pangan.

Sedangkan di sektor industri otomotif, pemerintah mendorong komitmen investasi dari prinsipiel otomotif global di Indonesia. Dengan suntikan modal, diharapkan industri otomotif makin menggeliat dan meningkatkan ekspor.

Tak hanya manufaktur, pemerintah juga bakal mendorong sektor informasi dan komunikasi, makanan dan minuman, transportasi pergudangan, pertambangan, juga agrikultur. “Khusus pertambangan, kami sedang melihat harga komoditas ini masih tinggi, nah ini kami genjot untuk memperluas pasar ekspor,” tambah Airlangga.

Untuk agrikultur, pemerintah akan memperluas pasar ekspor agrikultur. Sebab, ada negara yang mengenakan tarif bea masuk yang tinggi, sehingga bisa menghambat masuknya produk Indonesia, misalnya Jepang yang masih mengenakan bea masuk sekitar 10% hingga 20%.

Dengan berbagai upaya ini, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 di kisaran 5,2% yoy.

Daya beli dan insentif

Meskipun demikian, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto melihat pertumbuhan sektor manufaktur di bawah pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 yang sebesar 5,44%. Padahal sektor industri pengolahan, pertambangan, pertanian dan perdagangan porsinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 56,69%.

Karena itulah ada ruang untuk mendorong keempat sektor ini sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih tinggi. Menurut eko penguatan sektor-sektor ini pada kuartal III-2022 bisa meningkatkan daya tahan Indonesia terhadap risiko krisis.

Di sisi lain, yang lebih penting lagi adalah mempertahankan daya beli masyarakat. “Kalau daya beli masih bertahan, permintaan akan produk industri pengolahan tetap terjaga,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono.

Fajar berharap pemerintah kembali memberikan kebijakan yang langsung dirasakan oleh industri pengolahan. Misalnya memberikan insentif perpajakan seperti perpanjangan restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) proyek, percepatan pembangunan infrastruktur dan akses logistik, dan mengkaji ulang perjanjian perdagangan dengan negara lain agar menguntungkan.

Sumber : Harian Kontan Senin 08 Agustus 2022 hal 2

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only