Analis: Pasar Keuangan yang Gelisah Mendorong Dolar AS ke Puncak

Indeks dolar Amerika menguat di Rabu, 28 September 2022. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyebut pasar keuangan yang gelisah mendorong dolar ke puncak baru dua dekade, karena kenaikan suku bunga global memicu kekhawatiran resesi.

Sementara poundsterling mendekam di dekat posisi terendah sepanjang masa di tengah kekhawatiran atas rencana pemotongan pajak radikal Inggris.

“Kenaikan dolar tanpa henti terjadi karena benchmark imbal hasil (surat hutang pemerintah Amerika) Treasury AS 10-tahun naik menjadi 4 persen untuk pertama kalinya sejak 2010, mencapai 4,004 persen. Imbal hasil dua tahun mencapai 4,2891 persen,” kata Ibrahim melalui keterangan tertulisnya, Rabu, 28 September 2022.

Dia mengatakan, Federal Reserve telah memimpin perjuangan global melawan lonjakan inflasi, berubah menjadi lebih agresif baru-baru ini dengan memberi sinyal kenaikan suku bunga lebih lanjut di atas pergerakan berukuran super dalam beberapa bulan terakhir.

Pesan itu diperkuat oleh Presiden Fed Chicago Charles Evans, Presiden Fed St. Louis James Bullard dan Presiden Bank Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari, dengan Evans mengatakan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga ke kisaran antara 4,50 persen dan 4,75 persen. 

“Meningkatnya biaya pinjaman telah mengintensifkan kekhawatiran resesi global, menambah lonjakan imbal hasil obligasi di seluruh dunia,” ujar Ibrahim.

Lebih lanjut , Ibrahim mengatakan, Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2023 sekaligus memperingatkan bahwa banyak negara Eropa, AS dan Cina dapat menghadapi resesi di 2023. Volume perdagangan dunia juga tetap rendah Ini menandakan ekonomi dunia di 2023 semakin suram. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi semakin rendah disertai dengan tingginya tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.

“Kemudian di tengah perlambatan ekonomi, disrupsi pasokan meningkat sehingga mendorong harga komoditas energi bertahan tinggi,” ujar Ibrahim. Dia menyebut tekanan inflasi global semakin tinggi seiring dengan ketegangan geopolitik, kebijakan proteksionisme yang masih berlangsung, serta terjadinya fenomena heatwave di beberapa negara. Sehingga mendorong bank sentral di banyak negara melanjutkan kebijakan moneter agresif.

Dengan kondisi yang tidak pasti akibat kenaikan suku bunga yang agresif, kata Ibrahum, Bank Indonesia tidak tinggal diam. Namun terus melakukan pengawasan secara ketat dan terus melakukan intervensi di pasar valas dan Obligasi melalui perdagangan Domestic Non Deliverable Forward (DNDF). Sehingga, menahan pelemahan mata uang garuda yang tajam bisa dikendalikan.

“Pemerintah juga terus melakukan intervensi dengan mensubsidi barang-barang konsumsi, bansos dan BLT,” kata dia.

Adapun pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 142 point. Meskipun sebelumnya sempat melemah 150 point di level Rp 15.266 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.124. “Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp 15.250 – Rp 15.310,” katanya.

Sumber : Tempo.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only