Analis Sebut Hanya Resesi yang Bisa Setop Lonjakan Harga Energi

Analis menyebut tidak ada satu pun cara yang bisa digunakan untuk menghentikan lonjakan energi seperti gas dan minyak belakangan ini. Termasuk, melepaskan cadangan minyak strategis sebanyak 15 juta barel yang diumumkan Presiden AS Joe Biden pada Rabu (19/10) lalu. 

Analis minyak Andy Lipow memperkirakan kebijakan itu hanya memberikan dampak kecil terhadap lonjakan harga minyak. Ia justru memperkirakan kebijakan Biden itu malah menekan perusahaan minyak AS.

Ia mengatakan hanya ada satu obat jitu yang bisa menekan harga bensin. Tapi katanya, obat ini jauh lebih pahit dibanding lonjakan harga gas dan energi belakangan in; resesi.

Menurutnya, saat ini tidak ada satu obat pun yang bisa menekan permintaan minyak dan menurunkan harganya secara lebih cepat selain resesi. Analisis itu dibuat berdasarkan pengalaman pada resesi ekonomi yang terjadi pada resesi ekonomi 2001 dan 2008 lalu.

Pada 2001 lalu, meski resesi hanya terjadi selama 9 bulan, harga bensin sudah berhasil turun 37 persen dari puncaknya. Pun begitu saat resesi ekonomi 2008 dan 2009. Saat itu harga rata-rata satu galon bahan bakar yang sempat menyentuh rekor tertingginya pada Juli 2008 di US$4,11, langsung anjlok 61 persen jadi US$1,62.

“Ketika dunia mengalami resesi dan permintaan komoditas turun, pasar dan harga minyak berjangka tak kenal ampun, ia akan turun,” katanya seperti dikutip dari CNN, Senin (24/10).

Tapi sayangnya, resesi bisa membuat banyak orang kehilangan pekerjaan, ekonomi menjadi lesu dan membuat banyak orang menderita.

Harga bensin melonjak hingga tembus rekor baru di US$5,02 per galon pada Juni 2022. Kenaikan salah satunya dipicu kecamuk perang Rusia dan Ukraina belakangan ini.

Namun setelah mencapai rekor tertinggi itu, rata-rata harian AS harga bensin turun selama 98 hari berturut-turut ke level US$$3,68 per galon.

Analis energi untuk OPIS Tom Kloza mengatakan penurunan itu dipicu oleh kekhawatiran pasar atas bayang resesi yang mengancam ekonomi global belakangan ini, terutama setelah The Fed secara agresif mengerek bunga acuan mereka.

“Sekarang ada risiko penurunan besar yang dirasakan terkait dengan resesi,” katanya.

cnn indonesia

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only