Dihantui Lonjakan Inflasi, IMF Sebut Eropa Berpotensi Mengalami Resesi Lebih Dalam

Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut negara di Eropa berpotensi mengalami resesi lebih dalam, akibat lonjakan inflasi yang ditimbulkan dari gangguan energi dan krisis biaya hidup.

Pembatasan pasokan energi yang dilakukan Rusia sebagai bentuk balasan sanksi kepada Barat yang telah mengutuk invasinya ke Ukraina, telah memicu munculnya krisis energi yang kian memburuk di zona euro hingga memaksa Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga untuk mendinginkan ekonomi yang tengah berkontraksi.

Laporan Outlook Ekonomi Regional IMF mencatat pertumbuhan di negara-negara maju Eropa diperkirakan melambat tajam jadi 0,6 persen pada 2023.

Kondisi serupa juga terjadi pada negara berkembang di Eropa kecuali negara – negara konflik dan Turki, dimana pertumbuhan juga dipatok melambat menjadi 1,7 persen.

Imbas dari perlambatan ini bahkan membuat output dan pendapatan Eropa anjlok hampir setengah triliun euro, jadi yang terendah bila dibandingkan dengan prakiraan IMF sebelum invasi Rusia di Ukraina.

“Prospek Eropa telah sangat gelap, dengan pertumbuhan akan melambat tajam dan inflasi tetap tinggi,” kata IMF dikutip dalam laporan di situs resminya.

Menurut pantauan IMF, hingga sejauh ini Jerman dan Italia akan menjadi negara ekonomi maju pertama yang berpotensi jatuh ke dalam resesi di tahun depan. 

IMF memperkirakan bahwa ekonomi Jerman  menyusut 0,3 persen pada 2023. Disusul penurunan kontrak produk domestik bruto Italia sebesar 0,2 persen.

Sementara separuh negara di kawasan euro termasuk Kroasia, Polandia, dan Rumania akan mengalami resesi teknis, dengan rata-rata penurunan output lebih dari tiga  persen.

IMF memprediksi kondisi ini akan terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama, meski tekanan inflasi berpotensi mengantarkan Eropa ke zona resesi.

Namun dalam keadaan saat ini, IMF menyarankan bank sentral di seluruh kawasan Eropa untuk terus menaikkan suku bunga kebijakan agar dapat memerangi inflasi dan mendukung rumah tangga serta  perusahaan yang rentan melalui krisis energi.

Akan tetapi kenaikan tersebut harus dibarengi dengan adanya peningkatan upah pekerja berdasarkan proyeksi inflasi saat ini.

Dengan begini tingkat konsumsi masyarakat akan ikut meningkat sehingga dapat menyokong laju ekonomi negara yang tengah perlambatan.

Lebih lanjut selain menaikan suku bunga, Eropa juga dapat melakukan penyeimbangan kebijakan fiskal seperti menggabungkan diskon lump-sum umum bagi masyarakat miskin melalui sistem bantuan kesejahteraan yang dibiayai oleh pajak yang tinggi, atau dengan menerapkan tarif yang lebih tinggi untuk tingkat konsumsi energi yang lebih tinggi.

Langkah ini perlu diambil guna membantu mengurangi beban masyarakat dalam menghadapi dampak brutal dari krisis dan lonjakan harga energi yang berpotensi mengantarkan Eropa dalam jurang resesi.

Sumber: tribunnews.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only