Hadapi Gejolak Global, Ekonom Indef Sarankan Tiga Hal Ini

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai pemerintah akan menghadapi dilema antara meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun pada saat yang sama harus menjaga laju inflasi.

Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad, menyarankan tiga hal agar pemerintah bisa tetap meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi 2023 di tengah gejolak perekonomian global yang terjadi.

Pertama, mempertahankan potensi ekspor namun melepaskan ketergantungan terhadap negara-negara terdampak resesi dunia. Namun Indonesia harus memilih prioritas negara-negara yang masih bertahan, khususnya India, Tiongkok, dan ASEAN.

“Indonesia harus melepaskan ketergantungan kepada negara-negara terdampak besar resesi dunia. Memang ada sisi positif dari negara-negara mitra ekspor tradisional tetapi begitu negara besar mengalami stagflasi pertumbuhan ekonomi turun akan berdampak ke sektor perdagangan,” ucap Tauhid Ahmad dalam acara seminar nasional di Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Kedua yaitu dari sisi moneter Bank Indonesia (BI) harus mengurangi likuiditas secara bertahap. Dengan suku bunga 4,75% ada peluang pengetatan likuiditas tentu akan secara bertahap maksimal 100 basis poin.

“Tetapi kalau nilai tukar rupiah dihantam suku bunga The Fed sudah maka ada ruang yang harus dimaintain oleh bank sentral,” ucap Tauhid.

Ketiga yaitu melakukan pengubahan dalam kebijakan APBN, sebab APBN sebagai instrumen untuk meredam tekanan terhadap perekonomian.

Pemerintah perlu mengubah asumsi makro ekonomi pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi tahun 2023 bila dinilai sudah tidak faktual lagi. Saat postur APBN belanja dan pajak sudah dirasakan tidak ideal lagi maka harus ada perubahan postur.

Asumsi makro dalam APBN 2023 meliputi pertumbuhan ekonomi di angka 5,3%, tingkat inflasi sebesar 3,6%, nilai tukar rupiah Rp 14.800 per dolar AS, dan tingkat bunga Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun sebesar 7,9%.

Adapun asumsi makro harga minyak mentah Indonesia sebesar US$ 90 per barel, komponen lifting minyak bumi mencapai 660.000 barel per hari, serta target lifting gas bumi 1.100 ribu barel setara minyak per hari.

Postur APBN 2023 terdiri dari penerimaan negara sebesar Rp 2.463 triliun, belanja negara sebesar Rp 3.061,2 triliun dan besaran defisit APBN Rp. 598,15 triliun atau 2,84% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dengan perkiraan PDB nominal 2023 sebesar Rp 21.037,9 triliun.

“Ada kemungkinan kita akan mengalami penambahan defisit luar biasa, caranya realokasi anggaran meskipun kita harus mensiasati untuk mempertahankan kelompok yang mengalami penurunan konsumsi,” kata Tauhid.

beritasatu.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only