Bursa Efek Indonesia (BEI) optimis industri pasar modal Indonesia tahun 2023 mendatang akan tetap kondusif. Hal tersebut tercermin dari beberapa target BEI selaku regulator di pasar modal yang telah disepakati dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2023, dan telah disetujui oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Direktur Utama BEI Iman Rachman memaparkan, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2023 ditargetkan mencapai Rp 14,75 triliun. Sementara, laba sebelum Pajak menjadi Rp 559,46 miliar. Setelah dikurangi Estimasi Beban Pajak sebesar Rp 131,24 miliar maka perolehan laba bersih BEI di tahun 2023 diproyeksikan sebesar Rp 428,22 miliar. Total Aset BEI pada tahun 2023 diperkirakan menjadi Rp 6,27 triliun atau naik 8,45% dari RKAT 2022-Revisi.
Selain itu, biaya usaha pada 2023 mendatang diproyeksikan naik Rp 86,05 miliar atau 7,34% menjadi Rp 1,26 triliun. Adapun saldo akhir kas dan setara Kas (termasuk investasi jangka pendek) pada tahun 2023 diproyeksikan mencapai Rp 3,09 triliun.
Iman memaparkan, optimisme tersebut didukung dari peningkatan produk di industri pasar modal, peningkatan perusahaan tercatat, dan harapan peningkatan investor meskipun perekonomian global sedang bergejolak. Seperti diketahui, saat ini produk pasar modal Tanah Air makin bertambah dengan adanya struktur waran sehingga menambah dan mengembangkan potensi kedepannya.
“Kita optimis tapi berusaha konservatif. Tapi kita perlihatkan BEI cukup optimis. 2023 kitaa akan lihat produk yang akan kita kembangkan,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (26/10/2022).
Iman menyebut, nantinya Anggota Bursa (AB) yang akan mengeluarkan produk struktur waran terus bertambah. “Saat ini ada 3 struktur waran di salah satu sekuritas, ada Adaro, BRI dan Unilever. Kita sedang mencoba mengenbangkan potensi yang muncul. kita akan launching,” ucapnya.
Selain itu, lanjutnya, regulator pasar modal juga sedang mengembangkan karbon trading. Hal itu tercermin dengan perjanjian kerjasama antara BEI dan PT Pertamina (Persero) untuk memperkuat pendalaman pasar modal Indonesia.
Iman menambahkan, BEI optimis target 70 perusahan yang mencatatkan efeknya di pasar modal dapat terealisasi. Sebab, jika melihat pipeline sudah banyak puluhan perusahaan yang antri untuk mencari pendanaan alternatif dari pasar modal.
“Karena kalau hari ini emiten yang sudah catatkan sahamnya ada 44. padahal target 55. Tapi pipeline 45 di pak Nyoman. Kalau tahun depan sudah ada lebih dari 30 perusahaan yang mengantri di 2023. Itu masih pakai buku Juni bukan Desember. Tahun depan 70 PT. Ini nggak semua saham ada yang obligasi dan sebagainya,” pungkasnya.
Pengembangan yang akan dilakukan BEI serta penetapan penggunaan asumsi dalam penyusunan RKAT 2023 tentunya lebih optimis. Hal ini seiring dengan pemulihan ekonomi yang mulai berlangsung sepanjang tahun 2022. Namun, BEI akan tetap memperhatikan perkembangan penanganan COVID-19 di Indonesia serta kondisi perekonomian global.
Sumber: cnbcindonesia.com
Leave a Reply