Begini Rekomendasi Saham PGAS Saat Harga Gas Meningkat

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN mencetak kenaikan dobel digit pada semester pertama tahun ini. Kinerja PGAS diprediksi berlanjut hingga tahun depan.

Anak usaha PT Pertamina ini mencatat kenaikan pendapatan 19,18% menjadi US$ 1,74 miliar di semester pertama 2022. Laba bersih PGAS pun menguat 21,40% menjadi US$ 238,56 juta pada periode yang sama.

Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap mengatakan, pertumbuhan laba PGAS didorong oleh ekspansi margin di kuartal kedua 2022 terutama karena tingkat segmen distribusi gas yang lebih tinggi. PGN pun mencatat harga jual rata-rata yang lebih tinggi. Spread gas lebih tinggi sebesar US$ 2,1 per mmbtu.

Analis RHB Sekuritas Andhika Suryadharma mengatakan lonjakan kinerja keuangan PGAS didukung oleh bisnis hulu minyak dan gas (migas). PGN masih diuntungkan atas solidnya harga jual migas bersamaan dengan kemampuan untuk menjaga biaya tetap terkendali.

“Hal ini menjadikan laba bersih PGAS tahun ini diprediksi lebih pesat dibandingkan proyeksi semula,” kata Andhika kepada Kontan.co.id, Rabu (2/11). 

Andhika mengatakan prospek PGAS ditopang oleh proyek Rokan yang sudah mulai onstream di tahun ini dan akan meningkat di tahun depan. Pertumbuhan kinerja keuangan PGAS masih akan didukung oleh peningkatan kontribusi segmen migas, kenaikan volume produksi, dan harga jual yang tinggi pada tahun 2022.

Melihat kinerja semester pertama, analis Ciptadana Sekuritas Indonesia Arief Budiman menaikkan perkiraan laba bersih pada tahun 2022 dan 2023 masing-masing menjadi US$ 414 juta dan US$ 419 juta. Dia memperkirakan pendapatan PGAS tahun ini dan tahun depan masing-masing US$ 3,26 miliar dan US$ 3,38 miliar. Prediksi pendapatan ini disokong oleh harga minyak yang lebih tinggi di US$ 104 per barel pada tahun ini dan US$ 95 per barel di tahun depan.

Sentimen positif PGN lainnya adalah pertimbangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menaikkan harga gas khusus untuk industri dari saat ini US$ 6 per mmbtu menjadi US$ 7 per mmbtu. Rencana kenaikan Ini untuk menyelaraskan harga gas domestik dengan kenaikan harga global dan meningkatkan investasi di industri minyak & gas serta menyediakan lebih banyak pasokan gas lokal. 

“Jika diterapkan, ini seharusnya positif untuk PGAS yang menjual sekitar 80% dari volume gasnya di bawah regulasi harga gas US$ 6,” ujar Arief. Menurut dia, PGN akan menghadapi risiko tahun depan yaitu dari tarif pajak yang lebih tinggi. 

Sementara, Andhika memprediksi PGN akan menghadapi risiko inflasi yang tinggi tahun depan. Hal ini bisa menyebabkan penurunan permintaan migas. “Selain itu, efek negatif dari setiap perubahan dalam kebijakan pemerintah, alokasi belanja modal yang rendah, dan volume penjualan yang lebih rendah dari perkiraan. Tentu bisa menekan margin keuntungan mulai tahun 2023,” tuturnya. 

Andhika merekomendasikan beli saham PGAS dengan target harga Rp 2.200 per saham, lebih tinggi ketimbang target sebelumnya Rp 2.000 per saham. Arif merekomendasikan beli saham PGAS dengan target harga Rp 2.200 per saham. 

Juan merekomendasikan beli saham PGAS dengan target harga Rp 2.100 per saham. Rabu (2/11), harga saham PGAS turun 0,26% ke Rp 1.940 per saham.

Sumber : Kontan.co.id

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only