Sudah Berada di Tepi, Begini Dampak Kalau Inggris Resmi Resesi

Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Inggris pada kuartal III 2022 kontraksi 0,2%. Hal ini disebabkan oleh naiknya harga barang rumah tangga seperti makanan, bahan bakar dan energi yang disebabkan oleh pecahnya perang Rusia dan Ukraina.

Dikutip dari BBC, sebuah negara masuk ke jurang resesi jika ekonominya menyusut selama dua kuartal berturut-turut. Inggris diprediksi akan menjadi salah satu negara yang terperosok ke jurang resesi.

Bank of England menyebut, tekanan ekonomi ini akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan. Selama resesi, perusahaan akan mengalami penurunan pendapatan, sehingga berpotensi membuat jumlah pengangguran naik.

Lalu orang yang baru lulus juga akan lebih sulit mendapatkan pekerjaan di masa resesi. Ini artinya pemerintah juga akan mengumpulkan pajak yang jumlahnya lebih sedikit. Padahal pajak ini digunakan untuk keburuhan kesehatan dan pendidikan masyarakat.

Bank sentral memprediksi resesi di Inggris kali ini akan mencetak rekor menjadi resesi paling lama sejak periode 1920 lalu. Selain itu angka pengangguran juga diramal akan naik hingga du akali lipat.

Direktur Pelaksana Pabrik Bir Bristol Sam Burrows menjelaskan kepada BBC jika saat ini bisnis memang mengalami tekanan akibat naiknya harga bahan baku. “Kami butuh orang-orang yang datang ke pub untuk makan, minum dan berwisata. Ini akan jadi penyeimbang (produksi) kami,” jelas dia.

Burrows menyebut saat ini dia sedang mengkalkulasi rencana ekspansi perusahaan di tengah kondisi ekonomi seperti sekarang. Namun dia optimis momen Piala Dunia dan Hari Raya Natal memberikan angin segar untuk bisnisnya.

“Ada kebanggaan dan energi positif di Piala Dunia hingga Natal,” jelas dia.

Memang, seluruh dunia mengalami kenaikan harga yang signifikan. Tapi ekonomi Inggris merupakan yang paling buruk dibanding negara-negara besar lainnya.

Kantor Statistik Nasional Inggris menyebutkan jika investasi Inggris turun drastis dan jauh di bawah angka sebelum pandemi COVID-19. Selain itu menurunnya aktivitas ekonomi di Inggris juga terjadi karena kegiatan manufaktur juga melemah.

Direktur Statistik Ekonomi di ONS Darren Morgan menyebutkan jika tak cuma konsumen, kini produsen dan para penjual juga tertekan dengan harga yang tinggi. Morgan menyebut pasar kini menghadapi tekanan harga dan biaya energi yang lebih besar.

Morgan mengungkapkan beberapa perusahaan sudah menempuh langkah penghematan biaya dengan beralih ke peralatan yang hemat energi dan mencari pemasok baru.

Selain itu, hari libur tambahan untuk pemakaman Ratu Elizabeth II juga turut menyumbang pelemahan ekonomi Inggris. Hal ini karena banyak bisnis yang tutup atau waktu buka yang lebih pendek. Pada September saja ekonomi Inggris menyusut hingga 0,6%.

Sumber : detik.com

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only