Menyusul Pajak, Setoran PNBP Juga Lampaui Target Tahun 2022

Tak hanya penerimaan pajak yang moncer tahun ini. Setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga mencatatkan kinerja yang ciamik.

Kementerian Keuangan melaporkan, penerimaan PNBP sampai dengan 14 Desember 2022 tembus di angka Rp 551,1 triliun. Perolehan ini setara 114,4% dari target yang dipatok pemerintah tahun ini.

Rincian penerimaan PNBP tersebut, pertama, PNBP sumber daya alam (SDA) migas tercatat Rp 136,4 triliun, atau naik 56,6% dari penerimaan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 87,1 triliun.

Penopang pertumbuhan adalah kenaikan harga minnyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dalam 11 bulan terakhir. Adapun harga rata-rata ICP Januari hingga November 2022 sebesar US$ 98,91 per barel, naik 45,39% year on t year (yoy).

“Ini karena harga minyak yang cenderung tinggi,” kata Sri Mulyani di paparan APBN Kita, Rabu (21/12).

Kedua, PNBP SDA nonmigas tercatat Rp 109,6 triliun, atau tumbuh 121,8% dari penerimaan periode sama tahun 2021 yang Rp 49,4 triliun.

Kenaikan ini didorong peningkatan harga batubara, dengan rata-rata harga batu- bara Januari hingga November 2022 sebesar US$ 276,1 per ton, atau naik 134,0%. Selain juga ditopang harga nikel yang pada Januari hingga November 2022 tercatat US$ 25.521,3 per ton. “Ini adanya komoditas boom,” timpalnya.

Terbitnya PP 26/2022 tentang jenis dan tarif PNBP pada Kementerian ESDM juga ikut meningkatkan realisasi PNBP tersebut. Selain itu, peningkatan PNBP SDA nonmigas juga didukung oleh penerimaan sektor perikanan yang tumbuh 70,2% yoy.

Ketiga, komponen kekayaan negara dipisahkan (KND) membukukan pendapatan sebesar Rp 40,6 triliun, atau tumbuh 33,1% secara tahunan. Dengan capaian ini, pendapatan KND bahkan sudah mencapai 109,5% dari target yang di patok pemerintah.

Adanya kenaikan setoran dividen BUMN ini didominasi oleh bank Himbara yang naik 80,9%, berbanding terbalik dengan BUMN non-perbankan yang justru turun 5%.

Keempat, pendapatan PNBP lainnya tercatat Rp 187,6 triliun atau tumbuh 37,3% yoy. Utamanya disebabkan peningkatan pendapatan 1 penjualan hasil tambang, pendapatan DMO (minyak mentah), serta layanan pada kementerian/lembaga.

Terakhir, pendapatan dari Badan Layanan Umum (BLU) turun 30,1% yoy menjadi Rp 76,9 triliun menyusul berlakunya kebijakan pembebasan ton ekspor sawit.

Sumber: KONTAN- Kamis, 22 Desember 2022

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp WA only